Sekuel Moana tadinya bukan berbentuk film animasi layar lebar seperti yang kita tahu sekarang. Pertama kali diumumkan, Moana 2 aslinya adalah serial animasi yang akan rilis di platform streaming Disney Plus. Selain itu, diumumkan juga bahwa Lin-Manuel Miranda tidak turut andil dalam pembuatan lagu-lagu dalam sekuelnya ini. Kalimat terakhir auto membuat Penulis skeptis dengan kebagusan lagu-lagunya nanti saat rilis. Lalu bagaimana kah saat Penulis menonton filmnya? Well…
Moana 2 dimulai dengan kisah Moana (Auli’i Cravalho), yang kini telah berumur 19 Tahun, dihubungi oleh leluhurnya dan ditugaskan untuk berlayar keliling samudera mencari pulau Motufetu yang dikutuk oleh seorang dewa bernama Nalo. Tentu ia tidak sendirian, Moana berlayar bersama awak kapalnya dan tentu saja sang demigod, Maui (Dwayne Johnson).
Dari sinopsis, ceritanya kurang lebih sama persis dengan prekuelnya. Yang sebelumnya mencari letak jantung Dewi Te Fiti, sekarang mencari pulau Motufetu. Hal yang berbeda kini adalah kisah Moana 2 mengangkat topik koneksi, hubungan antar manusia ke manusia lainnya dan antara manusia tersebut dengan leluhurnya. The theme of Family runs deep yang sayangnya tidak dieksekusi dengan baik.
Keseluruhan plot film terlihat jelas seperti episode serial animasi yang diadaptasi ke film layar lebar. Sering kali terasa weirdly episodic. Seperti beberapa episode yang di jahit jadi satu film layar lebar. Moana pun secara karakter seperti terjerumus dari satu action piece ke action piece lain, tanpa dapat memilih apa yang terjadi padanya.
Film ini pun tidak memiliki sense of danger in any real way. The stake feels flat. Moana dibantu oleh leluhurnya di setiap langkah yang Ia buat, menjadikan petualangannya bak mission marker di game open world. Kinda forgetablle. Setidaknya, keseluruhan act 3 jauh lebih baik dari film Moana sebelumnya dan lebih action packed juga.
How about the humor? Humor film ini Penulis rasa agak hit or miss. Di satu sisi, kalau kalian anak kecil, bakal tetap ketawa sih nontonnya, tapi untuk orang dewasa kadang jokesnya ada yang sedikit krik.
On character development side, Moana kini telah beranjak dewasa. Her sense of adventure is still there tapi sekarang, Ia mepertimbangkan segala resiko dari petualangannya. Bagaimana jika Ia tidak kembali dan bagaimana nasib keluarganya, terutama adik kecilnya Samea. Tidak lagi Ia pergi mengembara tanpa memikirkan tanggung jawabnya di kampung halamannya. Namun di balik itu semua, sosok Moana dulu masih ada dan terlihat jelas saat Ia berada diatas perahunya. Sedikit note tentang Samea: lucu banget dan sassy abis! Pengen banget deh cubit pipinya yang tembem itu!
Maui kini tampil with all of his power from the beginning. Beda dengan film 2016 nya silam, kini Ia betul-betul memperlihatkan segala kekuatan demigodnya. Teriakan khasnya “CHEE HO!” imo is a character in its own right. Seru untuk ikut diteriakkan.
Jika dahulu hanya mereka berdua yang bertualang (Heihei sang ayam tidak termasuk), kini Moana memiliki awak kapal. Menurut penulis, kehadiran mereka cukup memberikan warna, hanya saja tidak begitu essential. Tetap Moana dan Mauilah yang menjadi jangkar film ini. Tahta Animal sidekick favorit tetap pada Heihei sang ayam. Tingkahnya yang di luar nalar namun senantiasa beruntung itu bikin gemas. Pua on the otherhand is a bit of a downer though.
Secara animasi, tidak perlu ragu lagi atas kehebatan tim Walt Disney Animation Studios. Mulai dari detail laut, pasir, rambut, dan textur dalam segala permukaan benda-bendanya, semuanya amat sangat bagus. Borderline real in fact. Entah fantastical atau otherworldy, keseluruhan film ini terlihat sangat cantik dan memanjakan mata. Saat melihat cahaya lautan warna biru Penulis berasa seperti dibawa ke pantai tropis.
And now to the coup de grace. Lagu-lagunya. Seperti yang telah Penulis ceritakan diawal, Lin-Manuel Miranda bukanlah penulis lagu film ini and it shows. Lagu-lagu Moana 2 sama sekali tidak catchy. Tidak ada yang otomatis akan menjadi earworm ketika keluar dari studio bioskop. Mungkin “Beyond”, tapi secara flavour, mirip “How Far I’ll Go”, only worse. Entah kenapa juga songwritersnya menganggap lagu yang menggugah semangat = drums. The amount of percussion in the songs of this movie is mindblowing. Bandingkan dengan lagu-lagu Moana yang pertama dan akan sangat ketara.
Tambah lagi, lagu-lagu yang justru bagus adalah lagu rehash dari film Moana pertama. Saat bagian note lagunya muncul, you will immediately recognize it. Bahkan lagu We Know The Way (Te Fenue te Malie)” dibuat ulang dengan mengganti bagian Lin-Manuel Miranda dengan Auli’i Cravalho. Songwriters Moana 2 juga mencoba untuk memasukan rap dalam lagunya namun hasilnya nol besar bahkan seperti maksa. Expertise Lin-Manuel dalam meramu lirik tidak bisa dipungkiri lagi. Bahkan, Dwayne Johnson saja yang tidak bisa bernyanyi setidaknya agak lebih mending di film Moana pertama. Di film Moana 2? Eugh. Autotune atau AI pun sepertinya tidak bisa bantu.
Overall, Moana 2 bukanlah sekuel yang jelek. Secara visual sungguh sangat cantik dan walau ceritanya seperti tidak bisa lepas dari format serialnya, setidaknya act 3 yang penuh aksi bombastis bikin filmnya tetap seru. Minus paling besar tentu saja ada pada lagu-lagunya. Bayangkan dari satu buah film dengan soundtrack berisikan belasan lagu, hanya ada 1 lagu saja yang bagus. Like… how?!. Setidaknya, for its intended demographic Moana 2 cukup jadi film yang menghibur untuk ditonton sekeluarga.