Society of the Snow (Source: IMDb)

Review Society of the Snow: Terjebak di Surga yang Dingin

Apabila Ekky Imanjaya (Rumah Film) mengatakan Stranded (2007) – dokumenter tragedi pesawat Angkatan Udara Uruguay 571 di Pegunungan Andes tahun 1972 – adalah potret dari neraka yang dingin, maka dalam La Sociedad de Nieve atau Society of the Snow (2023) ia adalah surga – kata salah satu karakternya. Surga yang amat dingin, tentunya. Tapi apa pun amsal yang digunakan, surga atau neraka, reward atau punishment, terjebak di Pegunungan Andes berarti kematian.

 

Society of the Snow bercerita tentang tragedi kecelakaan pesawat Angkatan Udara Uruguay 571 di Pegunungan Andes tahun 1972 yang dialami oleh tim rugbi Old Christians. Dari 45 penumpang yang mayoritasnya pemuda, hanya 16 penyintas yang berhasil diselamatkan setelah menunggu selama 72 hari di tengah Pegunungan Andes yang luar biasa luas dan beku.

 

Adalah sutradara asal Spanyol, J.A. Bayona, yang kali ini turun tangan merekonstruksi kisah survival legendaris itu – yang telah diceritakan berulang kali – tersebut berbekal pengalamannya dalam menyutradarai genre catastrophic The Impossible pada tahun 2012 lalu.

 

Society of the Snow (Source: IMDb)

Society of the Snow (Source: IMDb)

 

Di samping pengalamannya itu, J.A. Bayona juga punya bejibun referensi pemberitaan, film/ dokumenter terdahulu, serta buku karya Pablo Vierci (2009) yang naskah aslinya dari buku karya Piers Paul Read (1974) sebagai pegangannya.

 

 

Framing Kanibalisme dari Kacamata J.A. Bayona

 

Society of the Snow (Source: IMDb)

Society of the Snow (Source: IMDb)

 

Sebagai pembeda, J. A. Bayona tak mau mengeksploitasi unsur kanibalisme (atau secara teknis disebut ‘anthropophagy’ kalau kata Roberto Canessa; salah satu penyintas) sebagai senjata sensasi dalam filmnya, – seperti yang dilakukan film-film sebelumnya dan sejumlah besar media massa. Pendekatannya dalam menyisipkan unsur kanibalisme yang “sopan” itu terbilang berhasil. Di samping metode dan dialognya yang penuh penghormatan terhadap korban, shot-nya pun tak vulgar.

 

Alih-alih kanibalisme – yang banyak dari penyintas merasa malu untuk membicarakannya – Society of the Snow cenderung menyoroti momen-momen “menunggu”. Menunggu diselematkan atau menunggu kematian yang diselingi curhat antarpenyintas dan upaya kecil untuk bertahan dan saling menguatkan  (dan, perasaan putus asa di kala pencarian dihentikan).

 

Perasaan was-was menunggu – antara penyelamat atau maut yang datang lebih dahulu – itu ditegaskan lewat narasi yang dinaratorkan langsung oleh salah satu korban kecelakaan pesawat. Pendekatan ini barangkali dipilih supaya penonton juga bisa ikut merasakan situasi tegang secara lebih intimate bersama narator.

 

Pendekatan narasi J.A. Bayona disokong dengan sangat teliti oleh Pedro Luque sebagai sinematografer. Pedro Luque begitu cekatan dalam menyajikan visual hopeless yang seolah berkata “tidak ada yang bisa bertahan di sini” lewat shot-shot lebarnya.

 

 

Sentuhan Emosional Society of The Snow

 

Society of the Snow (Source: IMDb)

Society of the Snow (Source: IMDb)

 

Hanya saja, saking besar dan intensnya situasi yang dihadapi, karakter-karakter dalam film jadi tampak kerdil. Meskipun salah satu karakternya mendampingi penonton sebagai narator, Society of the Snow sedikit kehilangan emosi/ empati dalam pengembangan karakter. Apalagi, penonton hanya punya sedikit waktu untuk memahami karakter yang demikian banyak.

 

Sentuhan humanis yang sedikit melorot ini makin terasa lewat gaya penceritaan J.A. Bayona yang fast pace dan straightforward. Ditambah dengan editing yang menyisipkan daftar nama korban jiwa yang meninggal dari hari ke hari yang malah membuatnya terasa seperti straight news.

 

J.A. Bayona tampak kesulitan menghindari kesalahan para sutradara terdahulu yang pernah menceritakan kisah-kisah  golden fleece (Save the Cat; Blake Snyder). Society of the Snow lagi-lagi membuktikan film perjalanan jangka panjang lebih rumit dari sudut pandang dramatis.

 

Seperti kata Roger Ebert (kritikus film) saat mengomentari film Alive yang tayang 30 tahun lalu; “Ada beberapa cerita yang sulit diceritakan. Kisah para penyintas (pegunungan) Andes mungkin salah satunya. Masalahnya, tidak ada film yang benar-benar dapat merangkum besarnya pengalaman tersebut,”.

 

Namun demikian, Society of the Snow tetap jadi salah satu film pembuka tahun yang menegangkan dengan pengalaman menonton yang sayang untuk dilewatkan.

Bagikan:

Anda Juga Mungkin Suka

Leave a Comment

four × 1 =