Werwolves (Source: IMDB)

Review Werewolves: Terlalu Malas Jadi Horror yang Proper

Sutradara Steven Miller menggarap ikon horror klasik Werewolves menjadi lebih modern pada film barunya, yang bernama sama, dengan menekankan sentuhan science-fiction yang ‘mungkin’ masih bisa masuk akal. Berangkat dari lore bahwa lycanthrope, yang mengubah manusia menjadi serigala, adalah parasit, Miller mengembangkannya lebih jauh dengan menambahkan elemen baru bahwa parasit itu dipicu  pancaran cahaya bulan supermoon dan mereka yang terpapar membentuk tatanan komunitas tersendiri.

 

Frank Grillo terpilih sebagai main cast, sebagai seorang veteran perang yang membantu merancang antidote untuk menyembuhkan parasit tersebut. Meminjam elemen dari franchise The Purge, masyarakat pada film ini terbqagi menjadi tiga bagian. Ketiganya adalah mereka yang bertahan di dalam rumah dan berlindung, anarkis yang menyerang siapa saja secara membabi buta (Werewolves), dan mereka yang melakukan counter-attack pada para anarkis (Werewolves).

 

Werwolves (Source: IMDB)

Werwolves (Source: IMDB)

 

Sekilas mungkin terdengar menarik ya. Apalagi, sudah cukup lama kisah Worewolves dibawakan secara proper ke layar lebar. Sayangnya, film ini justru malas menjadi film Werwolves yang tidak hanya proper, tapi berkualitas. Ada beberapa problem yang bisa disebutkan kenapa film malah pada akhirnya menjadi film yang “B” aja. 

 

Salah satu kekurangan yang paling menonjol adalah keputusannya membagi tatanan masyarakat di film menjadi tiga bagian.  Eksekusinya terlalu mengikuti franchise The Purge. Dan, tidak berhenti di situ, film ini juga banyak meminjam scene dari The Purge untuk kemudian direkaulang dengan keberadaan Werwolves dan vigilante di dalamnya. Hal itu diperburuk dengan minimnya penjelasan perihal kenapa parasit lycanthrope bisa tersebar awalnya. 

 

Kemalasan menjadi film horror yang proper juga  tercermin dari karakter-karakter pada film ini. Banyak sekali acting yang kurang maksimal, dialog yang cringe, atau phrase kalimat-kalimat yang repetitif. Naskah yang membahas transformasi werewolf pun dibuat setengah-setengah.

 

Werwolves (Source: IMDB)

 

The final nail in the coffin-nya adalah presentasi monster Werewolves itu sendiri yang tidak konsisten Awalnya mereka bertransformasi dengan baik dan terlihat keren, baik dari manusia ke werewolfe ataupun sebaliknya. Menjelang akhir film, proses transformasi itu tidak ditampilkan lagi. Penggantinya malah adegan-adegan cowok “tampan” memamerkan otot-otot mereka yang terkesan dipaksakan. Entah film ini maunya jadi film Werewolf atau Magic Mike. 

 

Motivasi para werewolves pun tidak jelas.. Ada beberapa serigala yang terlihat menikmatinya, ada pula yang terlihat enggan bertransformasi. Mereka pun sesekali terlihat bukan hewan buas yang hanya dipenuhi nafsu binatang, memiliki kepintaran dan emosi layaknya manusia, tapi ada kalanya mereka bergerak berdasarkan insting hewaninya.  Ketidakkonsistenan itu cukup membingungkan apakah mereka kehilangan kesadaran atau tidak.

 

Walaupun ada banyak kekurangan dalam direksi ceritanya, secara teknis film ini bisa sedikit dipuji. Mengedepankan horror-action, adegan gore pada film ini gak ada oabt. Kepala dicabut, wajah dikuliti sampai terlihat tengkorak, dan lainnya. Sayangnya teknik pencahayaan atau editing membuat semua adegan itu menjadi tidak jelas.

 

Werwolves (Source: IMDB)

Werwolves (Source: IMDB)

 

 

Practical effect dan make-up karakter serigala werewolf layak mendapat jempol juga. Dibandingkan serigala film Twilight atau werewolf pada Harry Potter, minimnya CGI membuat design werewolf di film ini bolehlah dipuji karena terlihat ganas.

 

Disclaimer: apakah film ini bisa termasuk cult classic atau B-Movie sebetulnya masih belum jelas. Secara analisis subjektif, film ini masih bisa dilabeli cult classic dan masuk kategori B-Movie era modern. Meskipun begitu, film ini mungkin mendapatkan peringkat yang rendah pada kategori B-movie. Cult classic dan B-Movie pasti memiliki fansnya tersendiri. They believe that the movie is so bad, it is still a good movie. Sayangnya, film ini mengarah kepada ‘so bad’ tapi belum layak disebut ‘a good movie’

 

DIMAS FADHILLAH

Bagikan:

Anda Juga Mungkin Suka

Leave a Comment

twenty − 18 =