Setelah banyaknya horror dari thread yang kurang memuaskan, Awi Suryadi kembali menyutradarai sebuah film berdasarkan thread horror SimpleMan. Kali ini kisah horror di Pabrik Gula yang ia angkat. Masih di produseri dibawah naungan MD, Awi boleh dikatakan cukup berhasil membenahi kelemahannya di film KKN sebelumnya dan membuat film yang lebih apik lewat Pabrik Gula.
Mengangkat kisah thread SimpleMan mengenai sebuah pabrik gula yang sedang memanen tebu. Fadhil (Arbani Yasiz), Endah (Ersya Aurelia), Naning (Erika Carlina), Mulyono ‘Franky’ (Benidictus Siregar), Dwi (Arif Alfiansyah), pasangan kekasih Hendra (Bukie B. Mansyur) dan Wati (Wavi Zihan) menjadi pegawai musiman baru disana. Mereka menghadapi peraturan jam kuning-merah untuk kembali ke loji masing-masing dan tidak boleh keluar sama sekali. Cerita menjadi lebih intens saat Fadhil dan Endah menghadapi ‘kecelakaan’ dan masalah ghaib karena beberapa orang melanggar aturan pabrik, bahkan aturan yang paling fatal.

Pabrik Gula (Source: IMDB)
Secara penceritaan, Pabrik Gula sebetulnya memiliki plot yang sangat generik dengan penyampaian yang sudah umum mengenai kisah horror lokal. Ya, fokusnya ada pada mitos serta tradisi lokal berelemen klenik yang dilanggar. Salah satu budaya lokal yang digunakan adalah kuda lumping dimana bagi orang awam lebih dikenal sebagai hiburan.
Selain kuda lumping, ada pula horror lokal yang bersumber pada legenda lokal seperti hantu Belanda atau kerajaan demit. Hantu minor tersebut punya kesempatan untuk muncul menjadi spin-off apabila digarap dengan baik layaknya film Jelangkung yang punya hantu minor seperti suster ngesot, Sayangnya, lore para hantu/demit itu hanya diceritakan sekilas dan muncul hanya untuk menakut-nakuti saja.
Film ini juga kurang memberikan kejutan-kejutan karena memang penyampaiannya yang generik. Nikmati saja visualisasi sebuah thread yang cukup terkenal ini menjadi sebuah film horror tanpa ekspektasi apapun. Yah, setidaknya karya Awi yang kali ini punya penceritaan yang lebih terstruktur, walau fake jumpscare andalan dia itu terkadang masih terasa menyebalkan atau anti klimaks.

Pabrik Gula (Source: IMDB)
Dari sisi cast, big applause to Benidictus Siregar. Ia mampu menyampaikan Horror bersama Arif tanpa merusak isi cerita. Selain mengeksekusi komedi dengan baik dan berkesan, ada satu scene di mana Benidictus mampu memainkan drama dengan baik.
Cukup disayangkan beberapa peran kurang dieksekusi dengan maksimal dan memberikan akting yang agak datar. Salah satunya adalah Arbani yang pernah sukses memerankan Dilan. Disini dia kurang maksimal sebagai peran utama cerita yang berduet bersama Ersya.
Beberapa peran komedi dan penyampaian lore cerita horror juga kurang tersampaikan oleh peran Sadana dan Yono. Bagian komedi yang sudah tersampaikan oleh Benidictus dan Arif, juga pada lore cerita horror yang sudah tersampaikan oleh peran Dewi dan Budi. Kesannya, mereka berdua seperti dipaksakan untuk muncul di film.

Pabrik Gula (Source: IMDB)
Akhir cerita dibawakan dengan baik layaknya horror-horror Indonesia. Mereka mencoba memberikan klimaks yang berbeda. Sayangnya twist yang muncul terlalu ‘nanggung’ dalam penyampaian sehingga kurang berkesan. Sehingga epilog dan after credit scene pun terasa tidak terlalu penting untuk disampaikan.