Setelah menanti lama, akhirnya film The Whale rilis di VOD (Video on Demand) di penghujung Februari lalu agar bisa ditonton secara resmi. Film ini adalah salah satu yang paling kami nanti-nantikan tahun ini. Bagaimana tidak, The Whale menjadi bahan perbincangan banyak orang, salah satunya karena merupakan ‘film kebangkitan’ Brendan Fraser setelah menarik dirinya dari dunia hiburan selama satu deakde lebih.
The Whale sendiri diadaptasi dari pentas drama karya Samuel D.Hunter yang juga bertindak sebagai penulis skenario film ini. Duduk di kursi sutradara adalah Darren Aronofsky yang terkenal akan film-film drama psikologinya seperti Black Swan (2010) dan Mother! (2017). Sementara itu jajaran cast yang mendampingi Fraser ada Sadie Sink, Hong Chau, Ty Sympkins dan Samantha Morthon.
Fraser memerankan karakter bernama Charlie di film ini. Ia dikisahkan sebagai guru bahasa Inggris yang mengalami kelebihan berat badan dan tengah mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan anaknya, Ellie (Sadie Sink). Karena kesalahan Charlie di masa lalu, keluarganya meninggalkan ia dan Charlie tidak punya pilihan selain mencoba memperbaiki ikatan keluarga yang putus itu.
Bukan perkara gampang memperbaiki tali silaturahmi yang terputus. Masalah ada di sosok Ellie. Tumbuh besar tanpa peran Chalie, Ellie menjadi anak yang keras dan ogah-ogahan menerima Charlie sebagai ayahnya kembali.
The Whale yang mudah dilupakan
Secara penceritaan, Darren dan Samuel cukup berhasil membuat pengembangan karakter seorang Charlie yang awalnya putus asa dengan kehidupannya akibat wafatnya sang pacar, lalu berkembang menjadi harapan baru ketika bertemu dengan putrinya setelah sekian lama. Dalam perjalanannya, Charlie mulai menemukan banyak hal, mulai dari makna kejujuran dan apa tujuan dari keberadaannya.
Meski premisnya solid, dengan segala hormat perlu disampaikan bahwa ceritanya cenderung forgetable. Film ini tidak begitu kuat dalam menyampaikan pesan ceritanya dan berpotensi membuat penonton kehilangan konteks di tengah narasi.
Hal tersebut sedikit banyak akibat naskah yang ditulis oleh Samuel D. Hunter. Pendekatannya cenderung generik dan tidak mengandung banyak misteri seperti film-film Darren Aronofsky sebelumnya. Penggunaan ending yang membagongkan juga patut digarisbawahi karena cenderung dipaksakan tampil seakan-akan “menarik”. Penulis tidak menutup kemungkinan kendala ini muncul karena penulis mengharapkan karya Aranofsky pada umumnya dan The Whale tidak seperti itu.
Brendan Fraser Luar Biasa
Terlepas premis kisahnya cenderung sederhana, acuangan jempol tetap harus diberikan kepada Brendan Fraser. Dialah nyawa dari film ini. Fraser tampil totalitas sebagai Charlie yang gay dan obese, meski sempat dikritik karena ia di dunia nyata adalah pria straight dan bukan pengidap obesitas.
Didukung oleh Makeup dan Kostum yang luar biasa serta riset mendalam, Brendan mampu mengeluarkan potensi terbaiknya dalam film ini. Ia membuktikan dirinya belum habis meski lama meninggalkan Hollywood karena depresi dan masalah pribadi. Freser siap menggebrak lagi di industri perfilman Hollywood.
Lalu, bagaimana dengan karakter-karakter lainnya? Cukup solid
Hong Chau, yang berperan sebagai Liz, berhasil menjalin chemistry yang baik dengan Charlie sebagai sepasang sahabat. Dia secara meyakinkan berhasil menjadi seseorang yang memang sudah mengenal lama seorang Charlie.
Para pemain pendukung seperti Sadie Sink dan Samantha Morthon juga bermain relatif baik. Walau begitu, chemistry yang mereka timbulkan dengan Fraser tidak sebaik Hong Chau. Hal itu menyebabkan penonton lebih mudah berempati dan bersimpati terhadap karakter Charlie dibanding karakter Ellie yang porsinya sendiri sudah kurang di film ini.
Hal yang paling disayangkan adalah karakter Thomas yang diperankan Ty Sympkins sebagai penginjil. Keberadaannya tidak terlalu berdampak pada cerita. Apalagi peran Dan yang diperankan oleh Sathya Sridharan, jujur cukup useless disini.
Mengakhiri review ini, walaupun banyak kekurangan The Whale berhasil mengangkat isu obesitas yang menjadi isu penting di Amerika serta menjadi pengingat bahwa apapun masalah yang terjadi, akan selalu ada harapan baru yang dapat menjadi penyemangat kehidupan. Pertanyaan besarnya sekarang, apakah film ini cukup mampu meraih Oscar Maret ini melihat dari buzz-nya? Fraser punya kans untuk mendapat Best Actor dan he deserves it.