Review Take Care of Maya: Invitasi Berpihak pada Maya

Lewat karya dokumenter terbarunya, Take Care of Maya, sutradara Henry Roosevelt menghadirkan sajian film ala “kita vs Mereka” dengan topik potensial, nyali yang lebih berani, dan suara yang lebih lantang. Film ini menyuguhkan tiga unit kelompok yakni, keluarga, lembaga medis, dan lembaga penegak hukum/negara yang bentrok dan Roosevelt tak sungkan menyatakan keberpihakan serta mengajak penontonnya untuk berpihak. Tak cukup sampai di situ, lewat dokumenter ini Roosevelt menelanjangi sosok dan institusi tanpa pandang bulu.

 

Take Care of Maya dibuka dengan wawancara Jack Kowalski yang menceritakan awal mula kasus yang menimpa keluarganya. Di tahun 2015, putri kecilnya, Maya Kowalski, mengeluhkan suatu gejala langka pada tubuhnya yang tidak dapat dipahami oleh Jack maupun istrinya, Beata Kowalski, yang berprofesi sebagai perawat. Bahkan beberapa rumah sakit pun kelabakan mendeteksi gejala penyakit yang hanya dialami 200.000 orang Amerika tiap tahunnya ini (source: Painless Center).

 

Hingga sampailah pasutri ini pada ahli pereda nyeri, dr.Anthony Kirkpatrick, yang dengan mantap mendiagnosis Maya mengidap complex regional pain syndrome (CRPS), dan meresepkan perawatan ketamin – pengobatan kontroversial yang masih dipelajari keampuhannya meredakan gejala CRPS, dan biasanya hanya diberikan pada kasus yang paling parah dan tidak menanggapi bentuk pengobatan lain.

 

Lewat satu prosedur medis yang tergolong eksperimental dengan penggunaan ketamin, Maya berangsur pulih. Namun, setahun kemudian, penyakitnya relapse sampai membuat Maya teriak kesakitan. Jack langsung membawa putrinya ke Johns Hopkins All Children’s Hospital (JHAC) di St. Petersburg, Florida. Dan, di sinilah perkara dimulai.

 

Take Care of Maya (Source: IMDb)

 

Beata Kowalski, yang sudah punya pengalaman perihal pengobatan Maya, bersikeras dengan dokter dan perawat di JHAC bahwa putrinya menderita CRPS dan dosis ketamin bisa membantu mengatasi rasa sakitnya. Namun, staf medis tidak percaya dengan yang dikatakan Beata dan malah menghubungi Departemen Anak dan Keluarga Florida (DCF) untuk melaporkan kecurigaan mereka atas penyalahgunaan medis.

 

Putri mereka ditahan bersama pekerja layanan perlindungan anak, Catherine Bedy, di rumah sakit, dan tinggal selama berbulan-bulan serta dilarang bertemu orangtuanya. Di masa itu, Maya mengaku tidak mengalami banyak perkembangan pada kondisinya. Di sisi lain, direktur medis dari tim perlindungan anak, dr.Sally Smith, turun tangan dan menuduh Beata telah melakukan kekerasan secara medis kepada putrinya sendiri atau dikenal dengan istilah medical child abuse.

 

Meneruskan catatan Cancer Therapy Advisor, Medical Child Abuse (atau; Munchausen Syndrome by Proxy) merujuk pada seorang anak yang menerima perawatan yang tidak perlu dan berbahaya atau berpotensi berbahaya atas dorongan pengasuh/walinya.

 

Orangtua Maya bukan korban pertama dari tuduhan medical child abuse. Dengan ambisi menekan angka kekerasan pada anak, aturan ini malah kerap jadi ‘senjata asal tembak’ yang diarahkan rumah sakit atau pihak lainnya dalam menuduh orangtua sebagai pelaku kekerasan anak tanpa bukti absolut – cenderung digerakkan oleh prasangka.

 

Tuduhan tersebut menyasar dan menindas orangtua. Menempatkan anak mereka dalam perwalian negara. Tak sedikit orangtua pernah mendekam di penjara bahkan sampai bertahun-tahun lantaran tuduhan kekerasan medis tersebut. Hanya saja, kasus Maya tampak lebih mencuri perhatian dan menawarkan penulusaran mendalam.

 

Kasus Maya – barangkali – bagi Netflix dan Roosevelt, bisa berbicara mewakili perkara serupa. Sebab, kasus Maya telah merenggut nyawa Beata Kowalski yang memutuskan bunuh diri di garasi rumahnya lantaran tak kuasa dituduh penjahat dan sumber dari kemalangan yang menimpa putrinya.

 

Lewat dokumenter ini, Roosevelt jelas ingin membangun isu kekaretan medical child abuse yang telah memakan banyak korban dan “mengolok” mereka yang kebelet jadi pahlawan dengan memanfaatkan sistem ini lewat proses identifikasi secepat kilat.

 

Take Care of Maya (Source: IMDb)

 

Kritik Roosevelt terhadap sistem ini juga timbul lantaran ketidakjelasan medical child abuse. Di satu sisi, pengobatan yang dilakukan keluarga Maya dinilai mengkhawatirkan bagi pihak RS anak. Di sisi lain, orangtua punya hak dalam menentukan perawatan medis yang tepat untuk anak mereka. Menghukum keluarga karena mencari perawatan dari dokter yang dipercaya, meskipun mungkin kontroversial, tergolong kontraproduktif.

 

Terlebih lagi, deskripsi yang digunakan oleh dokter Maya dengan menyebut Maya sebagai “gadis ketamin” dan menuduhnya mengarang penyakitnya, menunjukkan bahwa Maya dan keluarganya memiliki cukup alasan untuk tidak memercayai sistem medis konvensional.

 

Roosevelt mengumbar sejumlah fakta yang disokong air mata para orangtua dan anak – korban tuduhan medical child abuse –, yang ampuh menyulut amarah penonton dan rasanya sudah cukup jadi pegangan untuk menunjuk siapa penjahat dan siapa korban.

 

Take Care of Maya menyinggung negara dan institusi besar lewat nuansa emosional nan sentimentil yang memaksa penontonnya untuk berpihak pada korban dari “sistem abstrak” yang diperjuangkan. Tapi jika skeptis silakan mengikuti atau menjelajah kasusnya lebih lanjut. Toh, dokumenter ini ditutup tanpa putusan final soal siapa yang salah.

 

Keberpihakan Roosevelt pada “keluarga” di sini ada plus minusnya. Roosevelt memperlihatkan marwah dokumenter yang selama ini kerap diabaikan para pembuat dokumenter lain yang mengatasnamakan dokumenter padahal nihil statement

 

Take Care of Maya (Source: IMDb)

 

Namun dengan judul yang jelas-jelas berpihak, keluwesan untuk memeroleh narasumber jadi terbatas. Pihak yang dicap sebagai ‘pelaku’, entah enggan atau memang tak dikabari, tidak memeroleh ruang pembelaan atau – dalam dokumenter Roosevelt – dipersilakan waktu dan tempat untuk dicemooh opininya. Demikian yang dilakukan dr.Sally Smith yang enggan diwawancarai untuk keperluan film dengan judul yang sangat memojokkan dirinya ini.

 

Untuk itu, tujuan dokumenter untuk memudahkan penonton memahami dan memercayai fakta-fakta yang disajikan (Memahami Film; Himawan Pratista) jadi kurang lengkap tanpa melibatkan pihak seberang. Padahal, meski cover both side, Roosevelt tetap bisa menunjukan keberpihakannya.

 

Di samping itu, pandangan yang disodorkan Take Care of Maya cenderung ke arah sensasional. Penuh ketegangan. Sebagian penonton mungkin merasakan bahwa banyak adegan dibentuk dengan maksud untuk membuat ‘skandal’ ketimbang mencerahkan.

 

Lewat pendekatan ini Roosevelt seperti mengorbankan ketelitian, dorongan untuk menganalisis secara mendalam keadaan yang menyebabkan masalah dalam keluarga Kowalski.  Take Care of Maya terasa kurang getol mengejar ketepatan dan perspektif untuk memeroleh wawasan dari trauma yang mendalam.

Bagikan:

Anda Juga Mungkin Suka

Leave a Comment

nineteen − 2 =