Melihat perkembangan teknologi sampai saat ini kadang membuat kita berpikir. Sampai sejauh mana teknologi akan terus mendisrupsi peradaban manusia?
Maka sebagai pencipta teknologi itu juga, manusia berusaha untuk mencari semua kemungkinan yang dapat terjadi pada teknologi di masa kini dan masa yang akan datang. Salah satu bentuk imajinatifnya dituangkan lewat karya seni yang kemudian dikenal sebagai science fiction.
Bentuk paling horor dari eksplorasi tema sci-fi bagi saya adalah ketika teknologi itu digambarkan sebagai antagonis atau mengubah perilaku manusia menjadi antagonis. Contoh yang paling saya sukai adalah series Black Mirror yang banyak mengambil latar cerita alternatif masa kini, ketika teknologi di-abuse sedemikian rupa hingga berkembang secara liar dan tak terbatas. Hal ini juga rasanya yang coba dimunculkan Drew Hancock pada film terbaru berjudul Companion.

Companion (Source: Warner Bros)
Ialah Iris (Sophie Thatcher) dan Josh (Jack Quaid) yang sedang liburan di villa bersama dua pasang kekasih, yang juga teman dari Josh, Patrick dan Eli serta Kat dan Sergey. Awalnya, Iris merasa tak percaya diri untuk bisa akrab dengan mereka. Apalagi ada dugaan bahwa Kat tak suka padanya.
Namun, Iris yang tak ingin mengecewakan Josh, mencoba untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman Josh. Dimulai saat mereka semua sedang berbicara santai di meja makan. Saat itu Patrick dan Eli bercerita tentang kisah kisah pertemuan mereka yang generik, mudah ditemui di film-film.

Companion (Source: Warner Bros)
Di sebuah pesta halloween, Eli yang menggunakan kostum dinosaurus, ekor kostumnya secara tak sengaja terinjak oleh Patrick. Ketika Eli membuka topeng dinosaurusnya, maka cinta pada pandangan pertama langsung dirasakan Patrick. Hal itu malah memancing rasa penasaran Iris.
Didasari oleh penasaran yang juga dialaminya, Iris mulai mempertanyakan apa yang membuat Patrick yakin bahwa Eli adalah orang yang tepat. Layaknya orang yang sedang kasmaran, tentu tak ada alasan jelas tentang apa yang dirasakan Patrick ketika berpikir demikian. Sangat masuk akal, karena saya yakin banyak dari kita yang pernah merasakan hal serupa.

Companion (Source: Warner Bros)
Cerita berbeda ia temukan ketika mencoba berbicara pada Kat. Kisah cinta Kat dan Sergey tak seperti Patrick dan Eli. Tak ada rasa cinta yang murni dan sungguh-sungguh dibangun antara Kat dan Sergey. Cinta mereka tak lebih dari sekadar settingan. Kat merasa dirinya hanya menjadi boneka yang bebas dimainkan oleh pemiliknya, Sergey.
Iris pun terlarut pada dua cerita cinta yang kontras tersebut dan mencoba untuk mencerna apa yang sebenarnya dirasakannya. Setidaknya, Iris dapat melihat kompleksnya cinta. Dari yang hanya sekadar formalitas dan tidak melibatkan perasaan hingga yang melibatkan perasaan yang sangat dalam sehingga sulit untuk dijelaskan secara akal sehat.
Pagi pun tiba, dan Iris bersiap untuk pergi bersama Josh sesuai rencana mereka berdua. Namun, Josh nampak tak bersemangat dan merasa masih merasa pengar karena terlalu banyak minum semalam. Iris pun akhirnya pergi ke danau sendirian.

Companion (Source: Warner Bros)
Tak disangka, ini menjadi awal petaka dari rentetan kejadian yang akan dihadapi Josh, Iris, dan semua yang ada di villa tersebut. Iris pun diungkap identitas aslinya oleh Josh, bahwa ia adalah sebuah robot yang diciptakan untuk Josh. Kisah yang sebenarnya pun diceritakan Josh, mulai dari Iris datang hingga bagaimana Iris pun terkoneksi untuk mencintai Josh.
Di bagian ini pun ada hal lucu yang saya rasa menjadi sebuah trivia mengapa Josh menamainya Iris.
Sulit rasanya jika ingin membicarakan Companion tanpa harus mengatakan bahwa Iris adalah sebuah lovebot yang diciptakan untuk Josh. Walaupun demikian, di awal saya sempat terjebak pada identitas Iris, antara manusia atau artificial. Hancock cukup cerdik membuat awal kisah terlihat begitu natural yang membuat orang tak akan percaya kalau Iris adalah robot. Jika Iris diikutkan pada sebuah Turing Test, Iris mungkin bisa lulus with glowing color.

Companion (Source: Warner Bros)
Kalau anda sudah terpapar informasi atau bocoran tentang film ini, saya rasa tak masalah. Companion tak hanya fokus mengurus kisah Josh dan lovebotnya, Iris. Lebih dari itu, Companion mencoba untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari interaksi manusia dan teknologi, dan bagaimana dampaknya ketika semua kelewatan batas.
Perspektif ini saya rasa hampir sama dilakukan Companion seperti dengan apa yang ada pada Her (2013) karya Spike Jonze. Walaupun punya gaya penceritaan berbeda, namun sama-sama berbicara tentang eksploitasi kecerdasan buatan manusia dalam balutan kisah romansa.
Bedanya, Her lebih menekankan pada perasaannya, sedangkan Companion lebih kompleks membahasnya mendalam hingga pada sifat manusia yang selalu memiliki kepentingan tertentu.

Companion (Source: Warner Bros)
Dalam durasi 1 jam 36 menit, Companion berusaha untuk mengolah itu semua tanpa terlihat overwhelming. Walaupun memang, harus mengorbankan cerita yang sangat dibuat simple dan sangat satu arah.
Namun rasanya tak begitu mengganggu bagi saya. Companion tetap menjadi tontonan menghibur di awal tahun. Layaknya, teknologi yang masih sangat sarat akan misteri, banyak hal-hal tersembunyi di film ini yang akan jadi clue atas apa yang akan terjadi sepanjang film. Semoga kamu bisa menemukannya!
Companion tayang di bioskop 29 Januari 2024.