Brandy dan Clara

Review Black Mirror, Episode Hotel Riviere: Jatuh Cinta di Film

Pada episode ketiga dari serial Black Mirror musim 7, sorotan utamanya adalah kisah cinta. Jika sebelumnya di episode 1 kita diajak untuk menghadapi realita yang berat, di episode ini kita akan diajak untuk ikut mempertanyakan antara nyata dan tidak nyata.

 

 

Sinopsis

 

Kimmy Negotiating Movie

Credit: Netflix

 

Ceritanya bermula ketika Kimmy menawarkan untuk menggarap ulang sebuah film yang populer masa lalu yang berjudul Hotel Reverie dengan produksi yang menggabungkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Virtual Reality (VR).

 

Proses produksi hanya melibatkan satu aktor, Brandy dan tim kecil berisi sutradara, penulis skenario, dan teknisi IT. Selama syuting, Brandy tertidur dan aktingnya ditranskrip langsung dari pikirannya melalui sistem coding.

 

 

Awal Konflik

 

Konflik disini bermula karena film itu ber-genre romantis, ada suatu momen ketika Brandy terbawa perasaan jatuh hati ke lawan mainnya, Clara meski sebenarnya mereka produksi ini adalah pertemuan pertama keduanya. Memang tidak diceritakan secara spesifik alasan dirinya jatuh hati karena apa. Tetapi yang bisa disimpulkan, perasaan yang muncul ini karena cinta yang datang tiba-tiba atau bentuk dari cinta itu buta.

 

 

Cinta yang Membutakan

 

Brandy seeing Clara on Screen

Credit: Netflix

 

Kisah ini menunjukkan tentang cinta yang bisa melampaui batas realita—Brandy jatuh hati pada karakter AI yang tidak nyata. Menggambarkan cinta yang tidak memandang fisik. Semua orang yang terlibat dalam produksi tahu, Clara hanyalah sebuah visualisasi dari seseorang yang diciptakan oleh komputer.

 

Bentuk rasa cinta ini juga sekilas seperti fenomena yang bisa sering ditemukan, seperti fans K-Pop atau seseorang yang sering menonton anime. Ketika seseorang memiliki kekaguman, bahkan jatuh hati pada idolanya walau sebenarnya dia hanya melihatnya melalui video, di dunia maya.

 

Sepanjang paruh akhir episode ini, Brandy nampak banyak berpikir. Di Beberapa dialog dirinya seperti mempertimbangkan untuk tinggal di realitas maya tersebut demi bisa bersama Clara. Keraguan ini membuat dirinya memutuskan pilihan selanjutnya: Mengikuti perasaannya atau tetap profesional, mengikuti arahan sampai selesai produksi.

 

 

Konsekuensi Melibatkan Perasaan dalam Ranah Profesional

 

Brandy

Credit: Netflix

 

Dalam ranah profesional, hubungan personal sering dihindari dan dibatasi karena bisa mengganggu dari beberapa hal. Salah satunya risiko terbawanya konflik pribadi ke tempat kerja yang kemudian akan mempengaruhi produktivitas.

 

[Spoiler section] Contohnya seperti ketika ada kendala teknis dari sistemnya. Ketika semuanya berhenti, hanya kedua tokoh utama yang dapat berinteraksi. Hari demi hari kedekatan mereka menjadi cinta, tetapi sayangnya ketika sistemnya berhasil dipulihkan, memori Clara terpaksa harus di-reset. Setelahnya, dirinya nampak bingung, berbeda dengan di awal, kali ini dirinya bertanya-tanya pada diri sendiri.

 

“Apakah perasaan ini nyata? Apakah ini hanya sekedar kekaguman? Terbawa suasana, atau memang rasa cinta itu nyata?”

 

Kebingungan itulah yang pada akhirnya membuat Brandy menjadi sedikit kurang fokus dan terlalu berlarut dalam suasana meskipun dirinya tahu itu hanya sandiwara.

 

 

Kisah Cinta di Produksi Film

 

Waktu ketika sistem mengalami gangguan yang menghentikan proses produksi juga seperti merefleksikan tentang dunia perfilman dibalik layar. Simple-nya bisa dibilang “Semua adegan percintaan harus tetap menjadi sandiwara meskipun perlu didukung dengan emosi yang nyata” sehingga setelah take selesai, tidak ada perasaan spesial yang ada di antara aktor.

 

Karena setelah produksi selesai, karakter yang membuat seseorang jatuh hati bisa saja hilang, seperti di-reset ulang. Dia yang bisa tetap profesional akan tetap fokus di adegan lainnya, sedangkan yang sudah terbawa perasaan mungkin mencampuri perasaannya dengan instruksi yang diberikan. Pada akhirnya akan mempengaruhi proses berjalannya produksi.

 

 

Gambaran Studio Film yang Seenaknya Merubah Orisinalitas

 

Credit: Netflix

 

Di luar dari pesan tentang perasaan cinta dan ranah profesional. Episode ini seolah mengkritik tren yang banyak terlihat di keproduksian film sekarang, khususnya film-film remake atau reboot dan adaptasi novel. Dua hal yang disoroti adalah seenaknya merubah penampilan karakter film dan kurang matangnya proses produksi.

 

Tanpa perlu menyebutkan kasus nyatanya. Beberapa film populer yang rilis di era modern ini terlihat seperti “seenaknya merubah penampilan karakter pentingnya”. Baik itu dari adanya perbedaan umur, beda warna kulit, dan bahkan merubah gender tokoh dari karakter originalnya.

 

Masalah lain adalah produksi yang kurang matang. Dari membuat ulang naskah dan menjadikannya skenario, pemilihan aktor, budget produksi, bahkan hingga merubah sedikit plot. Yang kemudian ini akan berdampak ke kualitas hasil akhir filmnya. Hingga pada akhirnya akan timbul banyak kekecewaan karena ekspektasi. Antusiasme tinggi muncul karena penggemar sudah tahu akan kualitas dari versi aslinya. Mereka berharap remake di era modern ini bisa membawa kualitas filmnya lebih baik dari versi sebelumnya.

Bagikan:

Anda Juga Mungkin Suka

Leave a Comment