Episode keempat dari serial Black Mirror musim ke-7 ini merupakan salah satu episode yang latarnya di realita futuristik dan menyoroti masalah yang cukup relate dengan topik yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini yakni: Pengembangan teknologi secara masif dan pentingnya menggunakan akal sehat dalam mengerjakan sesuatu.
Sinopsis
Awal konfliknya bermula ketika seorang reviewer game bernama Cameron ditugaskan untuk mengulas sebuah aplikasi yang masih dalam tahap pengembangan dari seorang game developer ternama. Meski pada awal dirinya tidak memahami konsepnya, tetapi seiring berjalannya waktu ia justru mengerahkan segalanya demi mengembangkan aplikasi tersebut.
Namun sayangnya, demi pengembangan tersebut, Cameron terlalu terobsesi tanpa didukung dengan kesadaran penuh dan justru harus dengan menggunakan obat-obatan dengan intensitas tinggi. Tentu pada akhirnya, dia menjadi sosok yang terlihat delusional dan sosok yang jauh dari kehidupan sosial.
Efek Negatif Delusional yang Disebabkan Penggunaan Obat-obatan

Credit: Netflix
Di paruh awalnya mungkin sebagian banyak orang akan langsung menilai kalau pesan utama episode ini adalah “delusional yang disebabkan penggunaan obat-obatan yang berlebih”. Meski tidak diceritakan kebenarannya, tetapi demi berinteraksi dengan sistem yang dia kembangkan. Cameron harus mengonsumsi obat terlarang yang dosisnya digambarkan cukup membuat halusinasi. Ditambah lagi dia juga harus mengkonsumsi obat tersebut setiap hari.
Efek ketika dirinya susah fokus dan tidak bisa membedakan mana tindakan benar dan salah tentu adalah pesan yang berusaha disampaikan terkait bahaya dan ancaman dari penggunaan obat-obatan tanpa ada saran dokter. Risiko buruk yang ditampilkan adalah ketika Cameron memutilasi temannya sendiri–karena sebelumnya temannya merusak apa yang sedang dia kerjakan.
Teknologi yang Menyerupai AI
Berbicara tentang masalah utamanya, di episode empat ini kita dikenalkan dengan aplikasi di komputer yang sekilas seperti game simulasi pertanian yang judulnya Thonglets. Konsepnya seperti kita merawat satu makhluk kecil yang tadinya satu, tapi lama-kelamaan terus membelah diri. Cara bermainnya tidaklah rumit. Cameron hanya perlu memastikan kalau mereka tidak memiliki masalah dan terus mengikuti kebutuhan yang diminta lewat karakter-karakter pada game itu.
Lewat game ini juga, Cameron mengaku bisa banyak berinteraksi, bertukar insight dari curhatan hingga topik besar. Sama seperti sistem operasi Artificial Intelligence (AI) yang terus dikembangkan untuk bisa mengikuti pola pikir dan mengerjakan tugas-tugas yang dikerjakan oleh manusia sekarang. Mereka juga bisa menjadi teman komunikasi yang obrolannya ngalir dan beragam.
Obsesi dalam Pengembangan

Credit: Netflix
Dikatakan obsesi karena apa yang dilakukan Cameron adalah usaha yang cukup banyak. Baik itu terus membeli device baru demi pengembangan dan mengorbankan waktunya untuk menjaga sambil ngobrol dengan karakter-karakter yang ada dalam game tersebut.
Tentu dampak buruk yang diperlihatkan dalam episode ini adalah suasana kamar yang tidak terurus, banyak sampah dan terasa lembab. Kemudian juga, saat menua Cameron tampil dengan rambut panjang dan brewok, berbeda dengan penampilan mudanya yang lebih rapi. Karena terlalu banyak menghabiskan waktunya di depan layar komputer, dia berkata hanya memiliki 1 teman di dunia nyata.
Menariknya, semua pengembangan ini digambarkan dengan timelapse yang menjadikannya terasa cepat berlalu meski awal pengembangannya dimulai dari tahun 1994, sedangkan saat itu latar waktunya di tahun 2034. Ini seolah merupakan refleksi dari seberapa cepat perkembangan AI. Beberapa diantaranya tidak mendapat sorotan banyak disaat pengembangan. Tetapi satu hal yang pasti, suatu hari nanti, AI maupun teknologi mungkin membahayakan keberlangsungan hidup manusia. Seperti yang ditunjukkan saat adegan terakhir episode ini.