Salah satu pondasi dari sebuah Film adalah scriptnya. Namun, pernahkan kamu membayangkan seorang penulis skenario film mencoba membuat film tentang dirinya membuat naskah film tenang perjalanan kisah cintanya sendiri? Kurang lebih situasi yang terjadi pada film “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film“, sebuag film meta karya penulis dan Sutradara Yandy Laurens.
Menceritakan Bagus (Ringgo Agus Rahman), seorang penulis skenario film yang berusaha menulis skenario film asli pertamanya. Sebelumnya, Bagus banyak menulis film adaptasi cerita sinetron. Salah satu yang terkenal dan selalu menjadi perbincangan adalah adaptasi sinetron berjudul “Terlahir Kembali Reborn”. Sungguh menarik bukan?
Yang menarik bukan hanya sinetron yang Ia tulis kembali menjadi sebuah film. Ide skenario asli ciptaan Bagus pun juga menarik karena sangatlah personal baginya. Bagus hendak mengisahkan apa sedang Ia alami saat ini: Jatuh cinta dengan teman semasa sekolahnya dulu. Hana namanya.
Hana (Nirina Zubir) adalah seorang pemilik toko bunga yang baru saja menjanda. Empat bulan lalu, suami Hana meninggal dunia. Bagus dan Hana tak sengaja bertemu di supermarket. Pertemuan itu pun membangkitkan kembali rasa cinta Bagus yang Ia rasakan saat masa sekolah dulu.
Bagus masih belum siap untuk menyatakan cintanya karena melihat Hana yang masih dalam keadaan berduka dan belum bisa move on. Bagus kemudian berencana untuk membuat film tentang dirinya dan Hana dengan fokus perjalanan kisah cinta mereka, termasuk menceritakan proses Bagus membuat film itu sendiri. Film dalam film, script dalam script. Rencananya, film itu nantinya akan digunakan Bagus untuk menyatakan cintanya pada Hana.
Sekali lagi itu hanyalah rencana. Apa yang direncanakan Bagus untuk proses penulisan script dan kisahnya bersama Hana tidaklah mulus. Ia tentu tak bisa memberitahukan hal ini kepada Hana, mengingat ini direncanakan sebagai surprise untuk Hana. Namun di sisi lain, kisah yang hendak Bagus tulis pun juga kisah Hana, sehingga sudah sepatutnya Hana mengetahui tentang hal ini.
Kisah Bagus untuk mendapatkan Hana akan tersaji dalam 8 sequence cerita yang umum ditemukan pada film. Ya, secara harafiah memang kisah Bagus disajikan dalam 8 sequence. Mulai dari introduction hingga resolution. Sangat menyenangkan rasanya untuk dapat menikmati cerita Bagus sembari mem-breakdown script di dalam film.
Menonton “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film” terasa seperti sedang mengikuti pelatihan menulis skenario film, in a good way. Chemistry antar tokoh pun terasa sangat natural. Tak ada yang terasa janggal. Akting dari setiap pemerannya believable dan tidak berlebihan sehingga cerita pun dapat terdeliver dengan baik. Sedikit banyak mengingatkan akan karya-karya Charlie Kaufman, terutama Adaptation dan Synecdoche, New York.
Semuanya juga berkat kejeniusan sang penulis sekaligus sutradara, Yandy Laurens. Kata-kata yang terucap oleh setiap tokoh acap kali berhasil membuat kita tersenyum tipis akan kehangatannya. Penulisan cerita pun sangat detail, sedetail-detailnya, sehingga tak ada plot hole ataupun hal yang mengganjal sama sekali. Penempatan setiap adegan juga pas. Semuanya padu dan berkesinambungan.
Kejeniusan penulisan tidak hanya dari sisi cerita tetapi juga dari sisi komedi. Semua celetukan dan unsur komedi terlihat sangat dipikirkan dengan matang. Mulai dari Celine Dion, Terlahir Kembali Reborn, hingga sutradara yang kabur di tengah syuting berhasil bikin tertawa geli atau bahkan sampai ngakak. Baru pertama kali melihat teknik callback di film yang disampaikan secara jenius seperti ini.
Tak hanya disitu kejeniusan Yandy Laurens dalam membuat cerita ini. Pemilihan warna hitam putih dalam film pun juga memiliki makna yang dalam. Tak hanya itu, di akhir film nanti, mungkin kamu akan paham mengapa film ini tersaji menggunakan warna hitam dan putih.
Dari segala hal positif dari Film ini, membuat kebingungan untuk mencari kekurangannya. Jujur gak ada. Karena baru pertama kali menemukan film Indonesia yang punya penulisan yang sebrilian ini. Kalau pun ada mungkin penulis sudah terbutakan oleh cerita yang sangat solid ini.
Kalau pun mau diada-adain, ya ujung-ujungnya bakal menyangkut soal persepsi dan ekspektasi setiap orang yang pasti berbeda-beda. Namun sejauh ini, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film jadi salah satu yang nyaman untuk dinikmati.
Buat yang mau nonton, dijamin kamu bakal gak expect cerita ini bakal dibawa seperti apa. Sampai di ending rasanya paid off dan menyenangkan. Rasa-rasanya sayang kalau film ini dilewatkan. Ingat, 30 November di bioskop kesayangan anda!