The Day of The Jackal menambah daftar daur ulang Hollywood dan industri streaming yang semakin menjamur saat ini. Adaptasi dari novel berjudul sama karya Frederick Forsyth tahun 1971 ini pernah diadaptasi ke layar lebar oleh Fred Zinnemann tahun 1973 (kita bisa melupakan adaptasi tahun 1997 yang dibintangi Bruce Willis), namun bukannya diadaptasi untuk dirilis dalam bentuk film kembali namun justru dijadikan serial.
Eddie Redmayne, yang sebelumnya lekat akan sosok kutu buku seperti di The Theory of Everything dan trilogi Fantastic Beast, mencoba lepas dari peran stereotipikal tersebut dengan berperan menjadi Jackal, sang pembunuh sekaligus karakter utama yang sebelumnya diperankan oleh Edward Fox. Berbeda dengan filmnya yang menggambarkan sosok utamanya dengan penuh misteri dan teka-teki, seri ini memperluas siapa sebenarnya sosok Jackal yang tidak terjawab baik novel atau filmnya.
Eksplorasi Sang Jackal si Pembunuh Bayaran Misterius
Seri ini dibuka dengan bagaimana sosok Jackal melancarkan aksi pembunuhannya yang cukup rumit terhadap seorang politisi sayap kanan. Aksinya yang dianggap mustahil (menembak dari jarak lebih dari 3800 meter) segera menarik perhatian Bianca Pullman (Lashana Lynch), ahli senjata dari badan intelijen MI6 yang mulai menyelidikinya.
Saat menjalani masa istirahatnya bersama keluarganya (salah satu detail yang tidak ditunjukkan di versi film atau novel), Jackal mendapatkan tawaran pembunuhan lainnya. Dengan segera Jackal terseret ke dalam konspirasi multinasional sembari diburu oleh agensi intelijen Inggris.
Bila dibandingkan dengan edisi filmnya, serial ini lebih banyak mengeksplorasi sosok Jackal baik dari latar belakang hingga kehidupan pribadinya. Pada versi film, kita hanya melihat Jackal sebagai sosok pembunuh misterius yang tidak diketahui nama asli atau asalnya hingga akhir cerita yang mungkin menjadi sebuah keuntungan bagi para penonton untuk lebih menikmati sajian investigasi dan perburuan yang menjadi inti cerita.
Pengembangan siapa dan kepribadian sang Jackal dalam seri ini tidak berbeda jauh dengan bagaimana penggambaran di versi sebelumnya, dalam hal ini kredit terbesar harus diberikan kepada Eddie Redmayne yang berperan sebagai karakter tituler.
Aksi-aksi pembunuhan ala Jackal mungkin memiliki kemiripan dengan film-film spionase ala Jason Bourne atau film bertema pembunuh bayaran lainnya macam The Mechanic. Namun, segala macam peralatan Jackal tidaklah seperti di film-film spionase ala James Bond melainkan dibuat oleh orang-orang biasa dan oleh Jackal senjata tersebut dapat bekerja di luar kemampuannya.
Apakah hal ini akan membuat ceritanya menjadi membosankan dengan template-template ala film Bond lainnya? Maka jawabannya ada tidak.
Aksi Perburuan Kucing dan Tikus di Tengah Konspirasi Global
Bila mengikuti adaptasi dari novel dan filmnya dengan template ala Hollywood, maka The Day of the Jackal hanya akan menjadi serial biasa saja dengan ending yang mudah ditebak. Tapi, dunia tempat Jackal hidup bukanlah sebuah utopia, melainkan jalinan terowongan gelap yang penuh jebakan dan marabahaya. Untuk melaluinya, Jackal dengan rapi menutupi sosok dirinya sebenarnya di antara sekitarnya, termasuk dari keluarganya sendiri.
Setiap tindakan yang diambil oleh Jackal dalam serial ini berdasarkan pada peraturannya sendiri tanpa peduli berapa banyak korbannya. Memang, sebagai antagonis dalam ceritanya banyak sekali tindakan kriminal mengerikan yang harus dilakukan, namun segala tindakan Jackal dipenuhi oleh berbagai perhitungan demi melancarkan aksinya dan menghindarkan dirinya tertangkap. Tetapi, serial ini tak hanya menunjukkan pola dan bagaimana aksi Jackal, namun kisah pengejarannya oleh Bianca dan investigasi mengenai sosok pribadi sang Jackal oleh orang terdekatnya.
Sebagaimana dalam versi film dan novel, pengejaran Jackal melibatkan intrik mata-mata dan investigasi lintas organisasi untuk menguak siapa sang Jackal. Namun, bila versi sebelumnya lebih lekat akan investigasi prosedural ala kepolisian ini, yang disayangkan adalah bagaimana versi serial ini justru jatuh ke dalam klise dengan mengubah investigasi ala intelijen. Meskipun sosok Bianca dalam serial ini digambarkan sebagai sosok intelijen yang taat peraturan dan prosedur, membatasi aksinya dalam perburuan dan hanya membuatnya selalu di belakang sang Jackal.
Sayangnya, meskipun penulis Ronan Bennet berusaha menjadikan serial ini tidak terasa terlalu panjang dan membosankan, mengingat kompleksitas karakter dan cerita baik di versi film atau novelnya, namun sepanjang serial kita justru tidak mendapatkan kesan mengapa sosok target Jackal begitu penting.
Eddie Redmayne mungkin mampu menunjukkan aksi Jackal yang mengeksekusi setiap rencananya dengan darah dingin, namun jelas menjauhkannya dari motivasi utamanya untuk berhasil. Namun, tidak terlalu baik pula bila membuat cerita berlarut-larut dan justru menjadikan penonton lebih tertarik pada alur cerita dan menjadikan Jackal sebatas sosok sampingan dalam dunia yang kompleks.