Disney memberikan warna yang berbeda pada film terbarunya, Elemental, yaitu percintaan terlarang antara dua elemen yang biasanya bertentangan, api dan air. Tidak seperti film Disney kebanyakan yang fokus pada hubungan keluarga dan persahabatan, sekarang Disney mengangkat issue diskriminasi, toleransi dan pengandalian diri dari suatu etnik yang dikemas dengan fun dan menarik agar semua umur bisa memahaminya.
Elemental dibuka dengan kisah tentang keluarga yang dipaksa meninggalkan tanah air mereka untuk mencari kehidupan baru di tempat yang belum mereka kenal. Mereka adalah Bernie (Ronnie del Carmen) dan Cinder (Sheila Vosough).
Ketika mereka tiba di Kota Elemental dari rumah mereka di Fireland, mereka tidak disambut hangat. Meskipun di kota tersebut air, bumi, udara, dan api hidup berdampingan, Bernie dan Cinder tidak menemukan keramah-tamahan yang biasa mereka rasakan. Hal itu diperburuk ketika mereka mencari perlindungan untuk Cinder yang tengah hamil namun ditolak di mana-mana.
Pasangan itu pada akhirnya mengubah suatu tempat bangunan tua yang hancur dan tidak terpakai, menjadi perapian, toko, dan kafe yang berfungsi sebagai pusat budaya fire-ish di jantung kota. Keduanya berharap putri mereka, Ember (Leah Lewis), akan mengambil alih toko sutau hari nanti ketika ia telah dewasa dan siap, meneruskan bisnis keluarga dan menjalani hidup dengan api biru abadi fire-ish yang mereka cintai.
Seiring berjalannya waktu, Ember tumbuh menjadi perempuan yang independen dan kuat. Ia tahu apa yang mau dan tak ingin disetir oleh orang tuanya, terlepas trauma yang mereka alami. Hal itu menimbulkan konflik antara Ember, Bernie, dan Cinder yang semakin menjadi-jadi ketika Wade (Mamoudou Athie) hadir ke hidup mereka.
Wade bukan api seperti Ember cs. Ia adalah air, anti tesis dari api. Dirinya “mendadak” masuk ke keluarga gara-gara Ember meledakkan pipa basement toko saat amarahnya meledak. Khawatir kerusakan yang ada bisa mengancam keamanan kota dan rakuat api, keduanya berpasangan untuk melacak sumber masalah. Perlahan keduanya jatuh cinta terhadap satu sama lain. Ember takut hubungan ia dan Wade, yang berbeda etnis, tak akan pernah disetujui oleh orang tuanya.
Seperti dikatakan di atas, Disney double down dalam membawa semangat inklusivitas dan keberagaman lewat film ini. Kisah, isu, dan karakter-karakter Elemental sarat akan elemen-elemen yang berlawanan namun “dipaksa” bersatu padu. Beberapa hal yang dibawakan adalah penerimaan terhadap imigran, interacial relationship, melting pot community, family acceptance, dan masih banyak lagi. Bahkan, tiap elemen di film ini adalah representasi dari suatu ras/ etnis tertentu jika diperhatikan betul.
Salah satu wujudnya ya bisa dilihat dari desain Firetown di kota Elemental yang sangat Asian. Selain itu, hubungan Ember dan Bernie.
Sebagai seorang imigran, Bernie mungkin terlihat kasar, namun ia penuh kasih dan protektif terhadap putri satu-satunya yang terperangkap dalam perangkap perfeksionismenya. Bernie tidak ingin ada yang berubah dari keluarganya, sementara Ember, yang modern, berusaha menegaskan bahwa figur elemen yang berbeda pun bisa bersatu karena mau berelemen api, bumi, air, maupun udara, mereka semua memilik bahan kimia dan fisik di diri.
Hal-hal tersebut dibawakan dengan apik, terutama secara visual yang memanjakan mata. Visualisasi setiap karakter sangat dinamis. Karakter api selalu menyala, berkedip, dan berkobar. Karakter air dengan keanggunannya seperti cat air bisa bergelembung, mengapung, bergejolak, serta melompat melalui tubuh orang-orang rakyat air. Bisa dibilang ini adalah ekspresi suatu teknologi dan teknik animasi yang benar-benar menakjubkan dan detail.
Perihal masih adanya kisah romance di film Disney, lewat hubungan Ember dan Wade, patut digarisbawahi ada upaya perubahan di film Elemental. Film ini menawarkan kisah percintaan yang fresh untuk remaja, dan mengapus stigma Disney’s Prince yang gagah di film-film Disney kebanyakan.
Disuarakan dengan kelembutan yang unik oleh Athie, Wade tampil dicintai orang-orang di sekitarnya. Kebaikan, kerentanan, dan kesediaannya untuk berbagi emosi melengkapi Amber yang berapi-api dan meledak. Kebalikan dari Wade yang “lemah lembut”, Ember keras dan berkepala panas, manis dan menggemaskan. Jika Mereka bersentuhan itu bisa menjadi masalah, namun efek “chemistry” keduanya memungkinkan Wade dan Ember menemukan cara agar elemen mereka bersatu padu dan tidak menyakiti satu sama lain.
In the end, Elemental wajib kalian tonton karena memberika warna baru untuk perfilman Disney dan Pixar
JAZZ