Dahulu waktu Dune Part 1 rilis, Penulis sudah berucap kalau Dune Part 2 akan jauh lebih bagus dan lebih megah. Layaknya seorang Lisan Al-Ghaib, ucapan Penulis tersebut terbukti benar. Dennis Villenueve membuktikan bahwasanya Ialah sutradara genre science fiction terbaik saat ini. Seorang Mahdi yang akan membawa sinema ke jenjang yang lebih tinggi. Ditangannya, Novel karya Frank Herbert yang digadang “tidak akan pernah bisa difilmkan” itu difilmkan secara apik, epik dan majestic.
Dune: Part 2 melanjutkan kisah Paul (Timothee Chalamet), survivor dari Pembantaian Atreides dan kelanjutannya melawan Keluarga Harkonnen dalam perebutan kuasa akan planet gurun pasir: Arrakis. Dalam perjalanannya Paul tidak sendiri. Ia dietemani Ibunda tercinta, Jessica (Rebecca Ferguson) sang Bene Gesserit, dan Chani (Zendaya) sang petarung Fremen.
Dari awal film mulai, vibes Dune Part 2 sudah berbeda dengan Part 1. Kalau Part 1 lebih mengarah ke awal perang dan bagaimana kubu yang selamat mencoba untuk bertahan hidup, Part 2 sudah mengarah ke perang itu sendiri, A vs B.
World Building adalah salah satu aspek paling penting dalam sebuah film sci-fi dan Dennis Villenueve sangat apik menjabarkan aspek ribet yang ada di Dune Part 2. Kalian akan merasa dan mencerna bahwasannya Dune Part 2 ini skalanya tidak main-main. Semua itu juga didukung oleh penyutradaraan Villenueve yang membuat penonton merasa mereka juga berada di Arrakis, menghirup semua Spice yang ada di planet itu.
Tidak banyak film yang wajib ditonton di IMAX tapi Dune Part 2 adalah salah satu yang wajib ditonton di bioskop IMAX. You never see visual and sound go to the extremes. Tidak hanya cantik untuk dilihat namun juga menggemparkan untuk didengar. Dune Part 2 is peak cinema!
Setiap momen disusun rapi mulai dari perbincangan rahasia antar penguasa hingga adegan peperangan besar di padang pasir. Kalaupun kalian bingung akan semua space arabic mumbo jumbo, kalian akan tetap bisa menikmati semua sajian adegan perang yang hadir di film ini. Action scenes yang ada cepat dan brutal. Tidak ada sama sekali disini penggunaan slow motion. What you see is what you get. Itulah kenapa setiap ada pertarungan, kalian akan ikut tegang, duduk diujung kursi bioskop sampai ledakan terakhir berbunyi.
Hans Zimmer seperti biasanya kembali menghadirkan scoring yang epik nan menggemparkan. Tambah lagi karena Penulis menontonnya di bioskop IMAX, getaran soundtrack karya Zimmer sampai kerasa dikursi Penulis.
Segi akting tidak kalah impresif. Timothee Chalamet is Paul Atreides. Zendaya is Chani. Austin Butler is Feyd-Rautha dan seterusnya. Penulis sama sekali tidak melihat aktor-aktor itu di layar, karena yang Penulis lihat adalah karakter mereka. Namun, dari semua aktor tersebut, yang Penulis rasa paling mengejutkan adalah Austin Butler sebagai Feyd-Rautha.
Selama ini, Penulis masih belum bisa melepas Butler dari sosok Elvis. Waktu Penulis menonton Masters of the Air pun Penulis masih melihat kalau Austin Butler = Elvis. Tapi lewat film ini, hilang. Sepanjang film, Penulis tidak melihat Austin Butler dan hanya melihat Feyd-Rautha.
Saking bagusnya akting para aktor, reaksi kecil tanpa dialog pun dengan mudah dirasakan oleh penonton. Camraderie antar para Fremen, contohnya, tidak hanya terlihat namun juga dengan mudah dirasakan. Momen mereka istirahat dan bercanda bersama juga akan membuat kita yang melihatnya tersenyum dan tertawa.
Walaupun film ini adalah film perang, momen kebahagiaan tetap ada dan semuanya tersalurkan lewat akting para aktor yang terlibat. Tidak ada satupun momen yang breaks the immersion. Bahkan scene paling aneh sekalipun terasa at home dalam film ini. Seakan-akan hal itu adalah lumrah dan biasa. Seakan-akan nyata.
Sebagai penutup, Dune Part 2 adalah perhelatan film science fiction paling besar dalam 10 tahun bahkan 20 tahun terakhir. Novel Frank Herbert itu digarap dengan teliti, hati-hati dan penuh respect oleh Dennis Villenueve. Bisa dikatakan Dune Part 1 dan Part 2, bersama-sama, lebih monumental daripada trilogi The Lord of the Rings.
Seluruh aspek film ini mulai dari secara visual, audiotorial, visual efek, aktor, bagai disuguhkan pakai piring emas bertabur Spice. Epik, Apik dan Megah. Dune Part 2 adalah sci-fi masterpiece yang jauh lebih bagus, tidak hanya dibandingkan dengan Dune Part 1 itu sendiri tapi hampir semua film sci-fi yang pernah ada.
Penulis hanya berpesan, dikarenakan jarak rilis antara Dune Part 1 dan Part 2 yang cukup lama, sebelum menonton Dune Part 2 tonton dulu Dune Part 1. Selain me-refresh kejadian yang ada di Dune Part 1 juga membuat pengalaman menonton Dune Part 2 kian kuat karena keduanya adalah satu kesatuan film berdurasi kurang lebih hampir 6 jam, yah separuh dari visi Dune 12 jam-nya Jodorowsky.