Barbie dibuka dengan monolog dari Helen Mirren, narator filmnya, yang menyatakan bahwa sejak dahulu kala, sejak anak perempuan pertama ada, sudah ada boneka. Tapi boneka itu selalu dan selamanya boneka bayi, sampai…. Well, melanjutkan monolognya, sampai Barbie muncul.
Tentunya lewat monolog pembuka tersebut, terlihat jelas bahwa fokus cerita dari film tersebut adalah Barbie dan juga perempuan. Tanpa men-spoil lebih banyak, monolognya juga menjelaskan bagaimana boneka Barbie berdampak besar bagi wanita di seluruh dunia, dengan menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi apapun yang mereka inginkan.
Namun melalui marketing, promosi, dan trailer yang diperlihatkan oleh filmnya, mungkin banyak orang akan berekspektasi bahwa Barbie akan menjadi film yang komedi. Sebenarnya ada banyak elemen komedi yang ada di dalam film ini. Penonton akan banyak tertawa karena hal-hal yang terjadi. Akan tetapi, film ini lebih dari sebuah komedi, apa lagi melihat track record Greta Gerwig yang menjadi sutradara, dan penulis naskah bersama pasangannya, Noah Baumbach.
Film Dengan Trademark Greta Gerwig
Greta Gerwig telah membuat dua film yang punya tema mendalam sebelum Barbie. Lady Bird adalah film coming of age comedy-drama yang mengeksplorasi pencarian diri seorang remaja perempuan dan hubungannya dengan dirinya sendiri, ibunya, dan juga orang lain disekitarnya. Little Women juga adalah film coming of age drama yang membahas tema serupa, ditambah dengan konsep feminisme dan kewanitaan, serta impian dan tujuan hidup, dari perspektif empat wanita berbeda.
Dari dua contoh tersebut, terlihat bahwa cerita-cerita yang disampaikan oleh Greta Gerwig tentunya berisi pesan-pesan tertentu. Semuanya dilakukan dengan elegan dan tidak maksa, melainkan dengan nuansa yang spesial dan personal bagi sang sutradara. Jadi tidak heran kenapa Barbie adalah film yang lebih dari sebuah komedi.
Lebih Dari Sebuah Komedi
Dari premisnya, Barbie menceritakan petualangan Stereotypical Barbie (Margot Robbie) yang tadinya hidup secara “sempurna” di Barbieland, bersama Barbie lainnya, sampai dia mengalamai permasalahan yang membuat dia merasa “tidak sempurna”. Ditemani dengan Ken (Ryan Gosling), Barbie harus pergi ke dunia nyata untuk mencari jawaban atas “ketidaksempurnaannya”. Akan tetapi, /;apa yang Barbie ketahui tentang dunia nyata serta dampak yang diberikan oleh para Barbie terhadap wanita dan masyarakat ternyata tidak sesuai dengan yang dia tahu.
Premis tersebut terkesan seperti premis dari film coming of age, di mana sang protagonis harus keluar dari zona nyamannya untuk mencari jati dirinya. Tentunya ada pesan-pesan mengenai kewanitaan dan feminisme. Begitu Barbie masuk ke dunia nyata, nilai dan norma sosial yang ada di Barbieland tidak berlaku. Banyak orang yang dia temui memperlakukan dia dengan tidak seharusnya. Pria melihat dia dengan tidak senonoh. Sementara wanita tidak suka dengan penampilan Barbie. Bahkan anak perempuan benci dengan Barbie karena dampak negatifnya terhadap wanita.
Walaupun film ini memakai produk dari Mattel, tapi Barbie tidak takut untuk mengkritik image dan persona dari boneka Barbie yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Dan tentunya kritik juga diutarakan terhadap masyarakat dan pandangan mereka terhadap Barbie, serta wanita. Beberapa monolog benar-benar menjelaskan apa arti dari sebuah Barbie dan juga apa yang dihadapi oleh wanita. Segala ekspektasi yang diberikan oleh semua orang terhadap seorang wanita dari semua sisi, bahkan dari diri sendiri, bisa membuat stress. Tapi hal itu menunjukkan kenyataan yang dihadapi oleh wanita saat ini.
Komentar juga diutarakan terhadap Ken, yang dibuat oleh Mattel sebagai lelaki yang mendampingi Barbie. Ken hanyalah Ken, sementara Barbie bisa menjadi siapapun yang dia mau. Sentilan tersebut terkesan diutarakan terhadap para pria yang terlalu mempusatkan perhatiannya terhadap wanita, menginginkan perhatian balik dari perempuan, memiliki ekspektasi dan harapan tertentu yang bisa terkesan tidak sehat. Dan, tentunya hal tersebut menimbulkan masalah-masalah seperti lelaki incel (involuntary celibate), toxic masculinity, pendukung Andrew Tate, dan juga patriarki.
Tapi pesan yang bisa ngena ke banyak orang, tanpa terikat gender dan latar belakang, adalah bagaimana Barbie membahas existentialism. Barbie membuat kita berpikir apa artinya kita menjadi manusia, apa tujuan hidup kita, dan mengapa kita ada di dunia ini. Barbie memaksa kita untuk berkaca dan melihat diri kita sendiri, membuat kita self-aware tentang siapa diri kita. Apakah tujuan hidup kita memang sudah ditentukan, atau kita masih punya sebuah sense of control terhadap hidup yang isinya kacau.
Kritik dan komentar ini bisa di lihat sebagai suatu hal positif yang ingin mengajak penonton untuk menjadi lebih pribadi yang lebih baik. Filmnya menantang kita untuk merefleksikan segala hal yang disampaikan, dengan harapan bahwa kita akan berubah, for better or worse.
Berbagai Macam “Aksesoris”
Pusat perhatian dari film Barbie adalah “tubuh” yang berisi cerita dengan berbagai macam pesan tadi. Tapi “tubuh” tersebut dilengkapi dengan berbagai macam “aksesoris” yang membuat film ini hampir sempurna.
Tentunya yang paling terlihat sebagai highlight dari Barbie adalah production design yang eye-candy. Dari pink hingga berbagai macam warna lainnya bertebaran di layar teater, menjadi dekorasi yang memukau dan membuat penonton terpana dan matanya tertuju ke layar. Baik itu set lokasi Barbieland, kantor Mattel, ataupun kostum yang dipakai para Barbie dan Ken, semuanya berada di dalam frame kamera dengan posisi dan lighting yang mantap. Sinematografi tersebut bisa tercapai berkat talenta Rodrigo Prieto yang terbukti dari film-film Martin Scorsese seperti The Wolf of Wall Street, Silence, The Irishman, dan Killers of the Flower Moon yang akan tayang di tahun 2023.
Film ini juga dipenuhi taburan bintang-bintang Hollywood yang memberikan penampilan lucu dan nyentrik. Margot Robbie sebagai Stereotypical Barbie membawa personality yang mirip dengan Harley Quinn di film-film DCEU, penuh dengan kelakuan konyol serta ekspresi yang sangat beragam. America Ferrera, yang terkenal Betty di serial TV Ugly Betty, memberikan penampilan yang simple tapi berkesan, apa lagi lewat penyampaian monolognya yang bisa memicu air mata bagi mereka yang tersentuh.
Tapi bintang yang paling bersinar di film ini adalah Ryan Gosling sebagai Ken, yang benar-benar full force memberikan penampilan gila yang membuat orang-orang bisa tertawa dan geleng-geleng kepala. Gosling terlihat mendalami perannya sebagai Ken, dari perilaku, koreokgrafi, bahkan lagu yang dia nyanyikan. Jika nama Ryan Gosling tidak masuk ke dalam nominasi Best Supporting Actor, berarti akan ada tanda tanya besar untuk setiap award ceremonies.
Musik-musik yang mengiringi setiap adegan-adegan di film ini juga menjadi pelengkap yang asik. Antara membuat adegan menjadi lebih asik, lucu, atau seru, sepertinya Mark Ronson dan Andrew Wyatt sebagai duo komposer, serta musisi dan penyanyi lain seperti Billie Eilish, Dua Lipa, bahkan Tame Impala mampu membuat suasana menarik melalui score dan soundtrack.
“Cellulite” Yang Mengganggu
Walaupun dipenuhi dengan berbagai macam hal yang indah dan thought provoking, Barbie bukanlah film yang sempurna. Namun hal-hal yang kurang dari film ini tidak terlalu merusak keindahan serta pesan yang diperlihatkan dan disampaikan dari filmnya.
Beberapa bagian dan adegan di filmnya terasa kurang penting dan kurang menarik, contohnya segala hal yang terkait dengan perusahaan Mattel. Filmnya seakan-akan membuat Mattel akan memiliki peran penting. Namun staffnya serta CEO Mattel yang diperankan oleh Will Farrel ternyata hanyalah penghadang sementara bagi Barbie. Fokus yang lumayan banyak ke Mattel padahal bisa diberikan terhadap beberapa karakter lain yang muncul di filmnya, seperti Gloria dan Sasha sang ibu & anak, Barbie dan Ken lainnya, atau bahkan Allan yang diperankan oleh Michael Cera.
Salah Satu Film Terbaik 2023?
Barbie merupakan film yang benar-benar menakjubkan dari sisi storytelling dan juga production design, dipenuhi oleh aktris dan aktor yang benar-benar memberikan penampilan terbaik yang mereka bisa tunjukkan ke penonton. Walaupun ada beberapa hal lain yang bisa lebih difokuskan, tapi hal tersebut tidak merusak kualitas Barbie. Film ini menunjukkan bahwa Greta Gerwig adalah seorang sutradara dan storyteller yang hebat.
Film ini benar-benar menyentuh dan penuh makna, yang ditujukan dan diutamakan ke pada perempuan, serta mereka yang sudah dewasa dan memiliki krisis kepribadian dan hidup yang membuat kehilangan arah. Alangkah baiknya jika pesan-pesan tersebut diterima dengan terbuka, melainkan komentar sinis dan diskriminatif.