Disney seperti maju satu langkah, mundur dua langkah. Setelah berulang kali merilis film daur ulang dari katalog animated classics milik mereka ke versi live action, kini giliran The Little Mermaid. The Classics that started their renaissance era. Apakah akhirnya Disney menemukan resep untuk membuat ulang film lama mereka?
Di sutradarai oleh Rob Marhall, yang sudah dua kali membuat film musikal Disney yakni Into The Woods (2014) dan Mary Poppins Returns (2018), it seems like The Little Mermaid is in great hands. Well, not quite…
The Perfect Casting
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Disney maju satu langkah, mundur dua langkah. Melihat ke casting film daur ulang sebelumya, Beauty and The Beast, Emma Watson waktu itu dirasa kurang saat bernyanyi. She’s Belle in looks but not voice.
Berbeda dengan pemeran Ariel di The Little Mermaid. Halle Bailey adalah seorang penyanyi. A Grammy nominated singer no less. Jadi dari aspek casting karakter Ariel, yang memang disebutkan memiliki suara emas, cocok dengan Halle Bailey. Halle dapat menggambarkan Ariel yang penuh rasa ingin tahu serta the teenage rebel phase yang kita alami semasa muda.
Despite the blackwashing (kebalikan dari whitewashing) yang membuat beberapa orang membuat #NotMyAriel, she is Ariel in both looks and voice. “Part of Your World” adalah showcase bagaimana membuat lagu klasik yang sudah ada dari tahun 1989 terasa seperti lagu baru dan semua itu sepenuhnya berkat suara Halle Bailey.
Under The Sea of Bad CGI
Kalau Halle Bailey adalah Disney maju satu langkah, mundur dua langkah ada pada kualitas CGI dari bagian bawah laut The Little Mermaid. Alih-alih belajar dari remake sebelumnya seperti The Lion King. Remaking classic cartoon animal as realistic, is never good.
Sebastian, Flounder dan Scuttle terlihat kaku dan tidak ekspresif. Agak disayangkan karena Daveed Diggs, Jacob Tremblay dan Awkwafina sangat eskpresif dalam mengisi tiga suara animal sidekick Ariel.
Tambah lagi, tampilan bawah laut kerajaan Atlantica tidak megah nan mewah seperti versi animasinya. Bawah laut malah terlihat sepi dan tidak menarik jadinya kecuali saat “Under The Sea” dinyanyikan di mana semua mahkluk laut keluar dan membuat semuanya jadi penuh warna. Setelahnya? Meh.
Berkat CGI jelek juga, penampilan Melissa McCarthy sebagai Ursula jadi agak berkurang. McCarthy mampu membuat Ursula yang manipulatif dan sinister walaupun sebenarnya agak 1:1 dengan versi animasinya penuh pizzaz dan glamour selayaknya inspirasi dari para Drag Queen. Sayang saja saat “Poor Unfortunate Souls” dinyanyikan, gua tempat Ursula bersemayam terlihat gelap. Her glowing tentacles did not help either.
The Above World Full of Wonders
Sekarang kita beralih ke saat Ariel berada di dunia atas laut. Suara indah Halle Bailey untungnya masih bisa didengar berkat lagu baru berjudul “For The First Time” buatan Lin-Manuel Miranda. Walaupun Ariel bisu, inner monologue ini menjadi tambahkan apik dan pas dalam menggambarkan saat pertama kali Ariel keluar dari bawah lautan.
Keseluruhan pulau tempat kerajaan Prince Eric (diperankan oleh Jonah Hauer-King) diperlihatkan lebih banyak di versi remake ini. Motivasi Eric diperkenalkan lebih dalam lewat lagu baru berjudul “Wild Uncharted Waters” tapi menurut penulis lagu tersebut tidak berbobot seperti lagu klasik original The Little Mermaid.
Interaksi antara Ariel dan Eric juga lebih diperbanyak lewat scene first date mereka. Berbeda dengan versi animasi di mana setengah waktunya diberikan kepada Kokinya Eric yang mencoba untuk memasak Sebastian dan setengahnya untuk Ariel dan Eric. Di sini sepenuhnya diberikan untuk kencan pertama Ariel dan Eric.
Chemistry antara Jonah dan Halle mengalir walaupun Halle tidak berkata apa-apa. Mereka sama-sama belajar tentang dunia mereka masing-masing. Satu hal yang tidak nyambung adalah subplot Eric sebagai anak angkat Ratu Selina. Keseluruhan subplot tersebut terkesan seperti Disney mundur dari meng-blackwash Eric setelah mengumumkan Halle Bailey sebagai Ariel.
Menuju act 3, lagu baru lain buatan Miranda berjudul “Scuttlebutt” walaupun lucu, tidak cocok dengan vibes Broadway yang dibangun sejak “Part of Your World” dinyanyikan. Terlebih lagi lagu rap tersebut dinyanyikan dengan tanpa ekspresi oleh Scuttle dan Sebastian.
The Lil’ Mermaid
Despite the ocean wide flaws, satu hal yang memecahkan keraguan semua orang: Halle Bailey sebagai Ariel. Blackwashing aside, kemampuan akting dan tarik suara Halle will make her Hollywood’s next big star. Sayangnya Disney masih tetap bersikeras untuk menampilkan karakter binatang dengan realistis menjadikan VA dari Daveed Diggs, Jacob Tremblay dan Awkwafina jadi lost in translation.
Dari segi suara penuh ekspresi, dari segi visual nol besar. Tambah lagi CGI bawah laut yang kalah kualitas dengan bawah laut Pandora (yang juga product Disney), merusak segala keindahan kerajaan Atlantica. Walaupun begitu, di antara percobaan daur ulang animasi klasik Disney, The Little Mermaid masuk ke salah satu yang bagus. Mungkin berkat andil Rob Marshall yang sudah piawai membuat film musikal. Untuk remake berikutnya, semoga Disney lebih luwes dalam menampilkan karakter CGI agar tidak terlalu real.