Diadaptasi dari manga berjudul Chihiro San, film berjudul Call Me Chihiro dengan genre Slice of Life sudah dapat disaksikan lewat Netflix. Film yang hanya meng-capture kehidupan keseharian dari seorang mantan pelacur bernama Chihiro, film ini berhasil menangkap hidup dan emosi dari orang-orang yang datang dan pergi dalam keseharian Chihiro.
Chihiro adalah seorang perempuan mantan pelacur yang sekarang bekerja di kios penjual bento. Dalam menjalani kesehariannya, ia bertemu banyak orang yang terlihat kehilangan jalan hidupnya dan Chihiro berusaha untuk memberikan sesuatu agar jiwa mereka lebih lega. Meskipun, Chihiro sendiri juga merupakan orang yang sedang mencari tempat untuk bisa berdamai dengan jiwanya sendiri yang sedang kesepian.
Karakter Chihiro yang dalam hati terdalamnya tidak memiliki kedekatan emosi dengan teman ataupun keluarganya ini terasa relate dengan banyak orang-orang yang kesepian, terutama bagi mereka yang menjadi kaum urban. Dilihat dari sudut pandang mereka, mereka seperti alien yang mengobservasi hidup orang-orang dan merasa tidak ada orang yang paham dengan dirinya. Hal ini pun juga pernah disampaikan oleh salah satu pelanggan dari Chihiro di masa lalunya yang mana menjadi tema utama dari film ini.
Di balik keceriaan dan sifat-sifat ekstrovert dari Chihiro, terkadang ia juga terlihat memilih untuk sendirian. Chihiro pun juga memilih bekerja di kios bento tersebut karena membutuhkan ketenangan, yang mana sebenarnya ia dapatkan dari Bito dan Tae, pasangan suami-istri dan pemilik usaha dari tempat Chihiro bekerja.
Chihiro merasa Tae adalah orang yang bisa mengerti dirinya sepenuhnya sehingga Chihiro pun merawat Tae di rumah sakit ketika perlahan-lahan penglihatannya mulai menghilang. Chihiro merasa bersyukur ada sesosok Tae, dirinya lah yang membuatnya untuk terus mau menjalani hidup dengan penuh syukur.
Tidak hanya Tae, sepanjang keseharianya, ia banyak menolong orang-orang yang sedang mengalami situasi yang sulit. Dalam prosesnya tersebut, kita dibawa untuk mengenal lebih dekat karakter Chihiro yang sebenarnya kesepian dan butuh kesederhanaan saja dalam hidupnya.
Seperti misalnya ketika Chihiro menolong seorang gelandangan dengan memberikan makanan. Mereka berdua terlihat bahagia ketika makan bersama dan bersenda gurau hingga suatu titik di mana Chihiro tidak bisa menemukan gelandangan tersebut lagi di tempat di mana mereka biasanya janjian untuk makan siang bersama.
Beberapa hari kemudian, Chihiro menemukan gelandangan tersebut sudah meninggal dan menguburnya di dalam hutan. Ia merayakan kedukaannya dalam kesendiriannya di rumah. Adegan sederhana tersebut menggambarkan bahwa hal yang dibutuhkan Chihiro sesederhana teman makan tanpa perlu memandang apapun latar belakangnya, termasuk penerimaan orang-orang terhadap latar belakangnya. Itu pun juga alasan kenapa Chihiro tidak ingin menutup-nutupi pekerjaan masa lalunya sebagai mantan pelacur.
Chihiro pun juga ditampilkan tidak percaya dengan kisah cinta yang bergairah, seperti apa yang disampaikan Chihiro kepada temannya. Namun, ia senang untuk bisa menemani orang-orang dan orang-orang tersebut juga mulai terkoneksi dengan Chihiro lebih dalam.
Chihiro hanya berusaha untuk bisa mengisi dunia ini dengan keindahan yang ia bawa dengan caranya sendiri, namun di balik itu juga meninggalkan kekosongan di dalam dirinya, di mana ia pun juga bingung bagaimana untuk mengisinya.
Pada akhir film, alegori alien yang mengobservasi orang-orang bumi dari mantan pelanggannya saat menjadi pelacur menjadi sangat relevan. Chihiro ditunjukan sedih dan merasa tidak terkoneksi dengan satu sama lain lagi ketika melihat orang-orang yang ia bantu telah merasakan kebahagiaannya masing-masing.
Jika kita lihat sepanjang film, tidak semua subplot karakter-karakter yang hadir memiliki resolusi, namun gambaran bahwa hidup tetap berjalan terus dan sikap untuk memilih bahagia dalam masalah itu yang membuat pengembangan karakter setiap orang yang ditemui Chihiro membentuk Chihiro menjadi terasa kesepian kembali.
Ia merasa posisinya sudah selesai dan tidak bisa berpartisipasi kembali ke dalam hidup mereka dan secara diam-diam pergi meninggalkan mereka. Namun, Tae yang paling mengerti dirinya pun juga satu-satunya orang yang sadar ketika Chihiro pergi.
Call Me Chihiro merupakan sebuah film yang memiliki pesan hangat untuk mencoba mengerti perasaan dan kedalaman dari orang-orang yang kesepian. Setiap pilihan kata-kata dalam dialog dan angle shot yang diambil memberikan kenyamanan yang tidak bisa diekspresikan dengan kata-kata dalam tulisan ini, yang bisa kita lakukan hanya menikmati momen tersebut.
Film ini cocok dinikmati pada kondisi cuaca gerimis atau malam yang dingin dengan selimut. Film yang ketika menontonnya, kita seperti sedang berbicara dengan orang-orang yang mungkin tidak bisa memahami gejolak batinnya. Rumah yang memberikan kenyamanan juga digambarkan tidak harus berbentuk keluarga atau “rumah”, tapi bisa saja berupa tempat, kaos favorit, atau makanan.
Karakter Chihiro sangat manusiawi karena memiliki segala ketidaksempurnaan seorang manusia sehingga membuatnya harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena merasa ketidakcocokan dan rasa saling memiliki akan tempat tersebut secara emosi.
Apakah kita sebagai manusia, terutama orang-orang yang hidup sebagai kaum urban, memiliki perasaan yang dimiliki Chihiro? Merasa sepi, tidak dimengerti banyak orang, serta menjadi orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain meskipun jiwa kita sendiri merasa kosong.
Call Me Chihiro menjadi surat cinta sekaligus pelukan hangat yang membuat nyaman untuk orang-orang kesepian di luar sana.