Salah satu daya tarik series dari Korea Selatan atau yang sering disebut orang drakor (singkatan dari drama Korea) adalah begitu beragamnya latar dan tema yang dapat diambil menjadi sebuah cerita yang menarik. Salah satunya yang menarik adalah drama yang bertema politik.
Bukan menjadi hal yang baru tentunya drama bertema politik. Beragam judul series mancanegara seperti House of Cards, The Good Wife, Designated Survivor, The Crown, hingga The Diplomat. Tak terkecuali drama Korea, beberapa judul bertema politik seperti The K2, Into The Ring, Vagabond, Lawless Lawyer, dan masih banyak judul lain, berhasil mengangkat berbagai kisah dengan latar tema politik di dalamnya.
Queenmaker, menjadi salah satu series asal Korea Selatan terbaru produksi Netflix yang mengangkat dunia politik. Dibintangi oleh Kim Hee-Ae yang sebelumnya sukses dalam series “The World of the Married”, Queenmaker berhasil mengemas kisah perjuangan di balik layar dari orang-orang yang berjuang untuk memenangkan pemilu. Dengan balutan kisah “balas dendam”, Queenmaker menjadi tontonan menarik yang sayang untuk dilewatkan. Sedikit banyak mengingatkan film politik yang dibintangi Sandra Bullock, Our Brand is Crisis.
Kisah dimulai dengan perjalanan Hwang Do-Hee sebagai salah petinggi perusahaan Eunsung yang sangat dipercaya oleh Son Young-Sim, pemilik perusahaan Eunsung. Tugasnya adalah untuk menyelesaikan seluruh kekacauan serta menutupi kebusukan yang dibuat oleh keluarga Son Young-Sim, sehingga citra perusahaan tetap terjaga dengan baik.
Di saat yang bersamaan, perusahaan Eunsung juga menghadapi tekanan dari karyawan yang mengalami pemberhentian kontrak pegawai sepihak. Oh Seung-sook, seorang pengacara hak asasi manusia, ikut mendukung gerakan ini dengan tinggal dan bertahan hidup di atas gedung perusahaan Eunsung. Ia bersikeras untuk tetap tinggal di sana hingga permasalahan ini selesai.
Do-Hee pun diminta untuk menyingkirkan Oh Seung-sook dari gedung Eunsung. Hingga satu peristiwa pun terjadi. Dalam upaya menurunkan Oh Seung-sook dari atas gedung Eunsung, Do-Hee tidak sengaja mendorongnya jatuh. Untungnya, di bawah sudah tersedia trampolin pengaman, sehingga Oh Seung-sook tidak mengalami cedera parah.
Belum selesai dengan urusan tersebut, kini Do-Hee harus berurusan masalah dengan Baek Jae-Min, ”menantu dari Son Young-Sim,yang ternyata memiliki “rahasia gelap”. Hal ini yang kemudian membuat Hwan Do-Hee keluar dari perusahaan yang telah ia tempati bertahun-tahun.
Usut punya usut, Jae-Min dipersiapkan perusahaan untuk menjadi walikota Seoul agar perusahaan Eunsung terus dapat menguasai ekonomi serta politik kota Seoul, yang nantinya juga diproyeksikan untuk menjadi presiden di masa yang akan datang.
Mengetahui hal ini, Do-Hee pun tak tinggal diam. Ia berusaha agar ambisi Baek Jae-Min serta perusahaan Eunsung dahulu tidak tercapai. Akhirnya, Ia pun menggaet Oh Seung-Sook untuk membantunya bersaing dan memenangkan pemilihan walikota Seoul.
Mulai dari sini, kita akan melihat pertaruhan para calon walikota untuk bersaing memenangkan pemilihan. Seperti sebuah permainan catur, persaingan antar calon penuh dengan aksi saling sikut yang bahkan memungkinakan untuk menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Kita pun akan melihat bagaimana strategi dari setiap calon untuk bisa memenangkan suara, baik dengan blusukan menemui masyarakat atau bahkan menyerang calon lain dengan black campaign.
Walaupun mengambil latar politik Korea Selatan, Queenmaker berhasil mengemas cerita yang dapat diterima oleh penonton tanpa harus banyak mengetahui latar politik dan hukum Korea Selatan. Queenmaker menjadi gambaran nyata dari “kejamnya” dunia politik. Plot cerita yang lugas serta tidak bertele-tele juga membuat setiap episodenya tidak membosankan. Penceritaan yang bergerak dinamis, berhasil membuat penonton penasaran tentang apa yang akan terjadi kedepannya.
Selain itu, Queenmaker berhasil memberikan berbagai sudut pandang yang berhasil memberikan berbagai perspektif dan juga rasa kepada penonton. Jajaran cast Queenmaker yang banyak diisi oleh para tokoh perempuan, membuat penonton dapat melihat cerita politik dari sisi feminis.
Namun, bukan drama Korea tentunya jika tidak ada unsur yang tak terduga dan sedikit hiperbola. Queenmaker memiliki beberapa twist yang malahan terkesan dipaksakan. Terdapat beberapa plot hole yang cukup mengganggu karena entah dari mana asal dan tujuannya.
Ada juga momen-momen di mana penonton akan merasa cerita sudah berada “di ujung tanduk”, hingga akhirnya muncul “game changer” atau Deus Ex Machina yang akhirnya membuat keadaan berbalik 180 derajat. Hal ini juga dirasa sangat berlebihan untuk mendramatisir cerita yang sebetulnya tidak perlu dilakukan.
Selain itu, banyak kisah potensial yang tidak diangkat dalam Queenmaker. Padahal kisah-kisah tersebut akan sangat menarik jika digali lebih dalam untuk mendapatkan sudut pandang lebih menyeluruh tentang latar belakang tokoh. Sebut saja tentang hubungan antara ayah Baek Jae-Min dan Carl Yoon, juga tentang kisah keluarga Hwang Do-Hee.
Di tengah segala kekurangan Queenmaker tetap berhasil membawa cerita di setiap episodenya secara intens dan lugas. Semua kekurangannya itu akan langsung tertutupi dengan intensitas cerita yang meningkat menjelang akhir series, hingga akhirnya, dapat diselesaikan dengan cara elegan.
Akhirnya, Queenmaker berhasil menjadi sebuah diorama dari hidup berpolitik, yang tidak sekadar hitam dan putih. Dalam 11 episode, seluruh emosi dan penceritaan disuguhkan dengan sangat dinamis, hingga pada puncaknya menjadi sangat memuaskan. Menarik untuk ditunggu apakah Queenmaker akan dilanjutkan dan memiliki season keduanya. Tentunya kita masih ingin melihat Hwang Do-Hee beraksi kembali.