Review Serial Reacher Season 3: Antihero yang Lebih Brutal dan Lebih Ganas

Sebelum Jack Reacher, Amerika tidak pernah kehilangan sosok antihero di setiap generasinya. Bila sebelumnya sosok Clint Eastwood sebagai Detektif Harry Calahan dalam seri film Dirty Harry atau Charles Bronson dalam seri Death Wish populer di tahun 1970 – 1980, maka sosok yang lebih terkini bisa terwakili oleh Jack Reacher yang diperankan oleh sosok (calon Batman, Amiin) Alan Ritchson. 

 

Setelah menjalani perannya sebagai mantan polisi militer yang menjadi gelandangan anti-kemapanan selama dua musim sejak 2022, Ritchson berhasil menghapus bayang-bayang Tom Cruise (pemeran sebelumnya dari film tahun 2012). Ritchson tidak hanya menjadi representasi yang hampir sempurna dengan Reacher versi buku (tinggi hampir 2 meter dan berat lebih 100 kg), namun karakternya menjadi semakin menonjol di musim ketiganya. 

 

Reacher dalam Misi Penyamaran dan Balas Dendam

 

Setelah menjalani petualangan dalam misi menguak sistem konspirasi di dua musim pertamanya, Reacher kini menjalani misi yang berbeda, yakni menyelinap ke dalam markas bandar narkotika untuk menemukan agen DEA (satuan antinarkotika AS) yang hilang. Reacher mendapatkan kepercayaan dari bos sindikat setelah menyelamatkan penculikan putranya di awal cerita dan berhasil menyusup ke dalam sindikat. 

 

Pendekatan cerita musim ketiga masih serupa dengan musim-musim sebelumnya, yakni dengan penggunaan kilas balik untuk menunjukkan latar motivasi awal dalam sejarah hidup Reacher. Sebagaimana pola di dua musim sebelumnya, misi Reacher berkaitan dengan salah satu musuh di masa lalunya, yang kemudian menambah motivasi Reacher untuk menjalankan misinya. 

 

Di ambil dari sumber buku seri Jack Reacher berjudul ‘Persuader’ yang dirilis tahun 2003,  tidak ada kesulitan bagi tim produksinya untuk menggeser periode waktunya berkat setting tempat di daerah perkotaan kecil Amerika (Maine) yang seakan tidak berubah sejak milenium abad ke-21. Namun, pemilihan sumber dengan pasti mengembalilan marwah serial ini sebagai ‘one-man show’ seperti musim pertamanya. 

 

Perbedaan utama musim ini adalah akhirnya Reacher bertemu lawan sepadan dalam sosok Oliver Richter alias The Dutch Giant yang memiliki tinggi lebih 2 meter dan telah ditampilkan dalam cuplikan trailer awal. Berperan sebagai Paulie, salah satu pengawal penjahat, dia menjadi sosok lawan ideal secara fisik bagi Reacher dan menampilkan perkelahian adu kekuatan antar raksasa. Dalam setiap episodenya, selalu ada rangkaian aksi epik baik itu baku hantam atau saling tembak yang sebelumnya sempat hilang dari musim sebelumnya. 

 

Reacher sebagai Representasi dan Kritik Alpha Male Amerika

 

Bagi yang tidak akrab dengan seri Jack Reacher, mungkin sedikit menemukan ketertarikan pada sosok tersebut mengingat dia adalah representasi kebencian terhadap sistem sosial ala Amerika (pekerjaan dan tempat tinggal tetap, keluarga yang bahagia). Reacher adalah sosok yang penuh kemarahan terhadap sistem dan memberontak terhadap nilai sosial Amerika. Dia menolak memiliki alamat atau pekerjaan tetap dan terus berkeliling Amerika sembari mengutuknya. 

 

Sebagaimana pendekatan investigasi ala Holmes, Reacher menawarkan pendekatan akan detail serupa dengan Holmes. Namun, berbeda dengan versi buku, pengamatan detail ala Holmes akan terasa canggung dalam versi live-action Reacher yang di setiap musim berpetualang dengan karakter baru akan sulit menggambarkan eksposisi secara gamblang dengan tiap karakternya. Kekurangan ini mungkin tidak menonjol di musim keduanya ketika Reacher berpetualangan dengan konsep tim, namun ketika mengusung konsep one-man show, dialog yang terlalu detail justru merusak aura Reacher meskipun dalam beberapa episode menghasilkan humor yang lucu. 

 

Perbedaan lainnya dari versi bukunya adalah kehadiran karakter Neagley (Maria Sten) yang muncul berulang sejak musim pertamanya. Meskipun mendapatkan peran tetap di musim keduanya (berkat adaptasi sumber buku), namun kehadirannya di musim ketiga menunjukkan bahwa karakter Reacher membutuhkan sosok sidekick layaknya Batman dan Robin. Pada akhirnya, representasi alpha male dalam diri Reacher juga menjadi kritikan tersendiri. 

 

Serial Reacher menawarkan kepada kita bagaimana kehidupan rakyat Amerika dari kacamata orang Amerika itu sendiri yang lekat akan kekerasan, baik itu di daerah perkotaan atau pedesaan. Dalam tempat seperti itu, sosok Reacher sangat sesuai sebagai antihero terhadap sistem yang menindas. Terlepas dari kekurangannya, serial ini tidak akan kekurangan bahan cerita berkat seri novel Lee Child yang kaya.

Bagikan:

Anda Juga Mungkin Suka

Leave a Comment

14 − eight =