Gak boong, Speak No Evil pantas digadang-gadang sebagai SALAH SATU FILM TERBAIK TAHUN 2024. Merupakan remake dari versi Eropa-nya yang berjudul sama dan dirilis tahun 2022, sutradara James Watkins mempertahankan ada yang sukses pada versi OG-nya dan mengamplifikasi elemen psychological horror-nya. Hasilnya, sebuah film horror yang akan membawamu ke emotional roller coaster ride di mana emosimu akan dibetot dan jantung dibuat senam sepanjang film.
Speak No Evil dibuka dengan sepasang suami istri Dalton (Scoot McNairy dan Mackenzie Davis) dan anaknya yang bernama Agnes (Alix West Lefler) memutuskan untuk pindah dari Amerika ke London. Sesampainya di sana, mereka berlibur di countryside Inggris di mana mereka bertemu dengan pasangan Paddy dan Ciara (James McAvoy dan Aisling Franciosi) beserta anak mereka, Ant (Dan Hough), yang ankyglossia (tidak berlidah/ lidah pendek).
Pertemuan itu berlangsung asyik. Sambutan hangat Paddy dan Ciara membuat keluarga Dalton tidak merasakan home sick pindah ke Inggris. Hal itu berujung pada undangan dari Paddy dan Ciara untuk menikmati akhir pekan bersama. Liburan akhir pekan yang seharusnya menyenangkan menjadi mencekam karena kejadian dan tingkah laku aneh Paddy, Ciara, dan Ant.
Harus diakui, premisnya sederhana, keluarga yang sedang berlibur terjebak dan terancam keselamatannya. Ada ribuan film thriller yang sudah menggunakan konsep serupa, membuat kisah Speak No Evil relatively predictable untuk penggemar horror dan thriller. Tapi, sesederhana apapun premis atau konsep sebuah film, bagaimana konsep itu dieksekusi bisa mengubah segalanya, membuat apa yang awalnya biasa menjadi luar biasa. Itu yang terjadi pada Speak No Evil.
Sutradara James Watkins mengeksekusi konsep yang sederhana itu dengan rancak. Dibantu duo sutradara versi aslinya, Christian Tafdrup dan Mads Tafdrup, ia berhasil menyajikan cerita yang relatif tertebak namun tetap membuat penonton menduga-duga di mana dan kapan klimaks konflik akan dimunculkan. Rest assured, kalian akan dibuat terkaget-kaget karena kejutan bisa datang kapanpun dan di manapun. Kalaupun kalian bisa menebak karena pernah menonton OG-nya, ada kepuasan tersendiri karena eksekusinya tidak sama plek ketiplek.
Acungan jempol tidak terbatas pada James Watkins saja, namun jajaran aktornya. Mackenzie Davis memberikan contoh karakter protagonis dengan baik, straight forward, dan cocok dipasangkan sebagai karakter tandingan antagonis yang dibawakan James McAvoy.
McAvoy pun mampu memberikan akting passive-aggressive behaviour, sehingga penonton pun merasakan ketidaknyamanan karakter yang ia perankan. Bahkan, Dan Hough, berperan sebagai Ant yang tidak mampu berbicara maupun berdialog, mampu memberikan akting yang mengesankan dan memorable.
Karakter lain yang menjadi supporting pun mampu mengikuti irama para pemain lainnya. Meskipun belum sempurna, tapi secara pertunjukan sudah cukup baik. Berbeda pada film aslinya yang berfokus pada beberapa karakter utamanya saja. Pada remake ini, setiap karakter mendapatkan jatah masing-masing untuk menyampaikan cerita dengan baik sehingga perkembangan tiap karakter menjadi jauh lebih baik dan merata.
Yah, harus diakui, di film ini masih ada beberapa logika konyol terhadap keputusan yang diambil para karakternya. But, foolish decisions in thriller movies make them interesting, right?
Secara visual, film ini bisa memberikan pemandangan indah Italia dan pedesaan di Inggris. Memang belum memberikan sebuah shoot yang sempurna. Tapi dibandingkan film sebelumnya, pemilihan tempat dan shoot yang diambil jauh lebih baik, warm sekaligus mencekam.
In the end, versi terbaru Speak No Evil ini dapat dinikmati untuk kalian yang belum menonton film sebelumnya. Bagi yang sudah menonton pun, ada suguhan berbeda yang menjadi kepuasan tersendiri bagi penonton. Film ini memang tidak sevulgar versi Denmark. Mungkin beberapa orang merasa bahwa film ini seharusnya sesuai dan faithful dengan film aslinya. But, the change in remake doesn’t mean the film is bad, isn’t it? Film ini diakhiri dengan tepuk tangan riuh semua penonton saat screening perdana.
DIMAS FADHILLAH