Melanjutkan franchise horor populer tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak yang berakhir gagal di pasaran, bahkan harus direboot berkali-kali agar sukses. Daftarnya tidak sedikit seperti franchise Friday The 13th, Poltergeist, The Grudge, Nightmare on The Elm Street, dan Evil Dead.
Lahir dari kepala Sam Raimi (Spiderman Trilogy, Drag Me To Hell), franchise Evil Dead terkenal akan pendekatannya yang mengkombinasikan supernatural horror dengan slasher dan dark comedy. Evil Dead 1 dan 2, yang membesarkan nama aktor Bruce Campbell, tak jarang masuk dalam daftar film horror terbaik sepanjang masa.
Upaya untuk merevitalisasi franchise Evil Dead dilakukan di tahun 2010an. Pertama adalah film dengan judul, lucunya, Evil Dead. FIlm itu gagal di pasaran. Upaya kedua dilakukan dalam wujud serial tv, Ash vs Evil Dead. Serial itu mendapat resepsi hangat karena pendekatannya yang lebih komikal, namun hanya bertahan tiga musim. Nah, upaya ketiga kembali ke film, berjudul Evil Dead Rise, yang safe to say adalah salah satu film horor paling sakit, gak ada obat, yang pernah kami tonton.
Evil Dead Rise (Source: IMDB)
Disutradarai Lee Cronin, film ini bersifat canon dengan film-film Evil Dead sebelumnya. Kalian tidak wajib menonton prekuel-prekuelnya karea Evil Dead Rise lebih seperti peristiwa baru di dunia yang sama. Walau begitu, menonton at least Evil Dead 1 dan 2 akan memberikan pengetahuan lebih soal apa yang terjadi di Evil Dead Rise.
Sebelum lanjut, sedikit warning, kalian akan melihat BANYAK SEKALI DARAH DAN TWISTED di film ini. Saking banyaknya, bisa terasa agak berlebihan. Kalian tahu adegan banjir darah di film The Shining? Bayangkan itu berkali-kali lipat. Buat yang takut akan darah tapi tetap pingin nonton, siapkan diri kalian.
Berbeda dengan prekuelnya yang memakai trope horror cabin in the wood, Evil Dead Rise mengambil setting di tengah kota, di dalam apartemen tua yang hendak ditutup. Sedikit banyak mengingatkan sama Pengabdi Setan 2.
Di apartemen itu tinggallah seorang seniman tato bernama Ellie (Alyssa Sutherland) bersama dengan ketiga anaknya, Danny (Morgan Davies), Bridget (Gabrielle Echols), dan Kassie (Nell Fisher). Mereka kemudian dikunjungi oleh Beth (Lily Sullivan), saudara perempuan Ellie, yang bekerja sebagai teknisi gitar.
Evil Dead Rise (Source: IMDB)
Awalnya reuni keluarga itu berjaklan baik-baik saja. Namun segalanya mulai berubah ketika gempa menggetarkan apartemen mereka. Gempa tersebut membuat Danny menemukan sebuah buku dan piringan hitam yang tersembunyi di bawah permukaan unit apartemen ibunya.
Curiga, Bridget menyuruh Danny meninggalkan barang-barang itu. Akan tetapi, karena rasa penasaran yang besar, Danny akhirnya tetap membaca bukunya dan memainkan rekamannya. Hal tersebut menjadi awal dari mimpi buruk mereka di apartemen.
Apa yang dilakukan Danny melepas kekuatan jahat dari buku tersebut yang ternyata adalah Necronomicon Ex Mortis alias Book of The Dead. Kekuatan yang ada mengubah penghuni apartemen satu per satu menjadi makhluk supernatural bernama Deadites, dimulai dari Ellie yang mulai mengincar anak-anaknya sendiri. Tak ada pilihan bagi Beth dan anak-anak Ellie selain mencoba bertahan hidup dan mencari cara mencabut kutukan Book of The Dead.
Evil Dead Rise awalnya ingin dirilis secara digital melalui platform streaming HBO Max. Akan tetapi, hasil test audiences reactions yang baik membuat rencana distribusinya berubah haluan ke bioskop. Sebuah keputusan yang tepat karena Evil Dead Rise menawarkan pengalaman cinematic horror klasik di saat Hollywood mulai mencoba coba masuk ke genre “elitis” aka Elevated Horror.
Evil Dead Rise (Source: IMDB)
Hal itu sudah bisa terlihat sejak awal film. Blak-blakan, Evil Dead Rise langsung dibuka dengan peristiwa brutal, dengan sinematografi dan scoring yang horrific, menetapkan tonal presentasinya hingga akhir nanti. Penulis pun langsung dibuat ketakutan dan tercengang atas apa yang tampil di layar. Bisa dikatakan sangat berhasil menarik perhatian.
Dari situ, kegilaan Evil Dead Rise terus naik. Kalian akan melihat banyak sekali pembantaian, debus, mutilasi, lendir berceceran, hingga banjir darah. Kemampuan Cronin untuk menghadrikan practical effect benar-benar diuji di film ini untuk menghadirkan kesadisan yang se-nasty dan se-horror mungkin.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Cronin memakai segala “amunisi” yang ia punya dengan setting apartemen tua. Mulai dari tangga rusak, kabel lift, hingga lorong-lorong sempit ia gunakan untuk menghadirkan sensasi horror yang claustrophobic dan chaotic. Hal-hal tersebut menjadi death trap yang kreatif di tangan Cronin, membuat menang atau kalahnya Beth cs terhadap Deadite tergantung seberapa bisa ia memanfaatkan hal di sekelilingnya.
Jika kalian mengharapkan pendekatan yang lebih “konservatif” seperti jump scare atau body horror, dont you worry, Evil Dead Rise has plenty to offer. Ada banyak sekali tingkah Deadite yang akan “menghibur” kalian.
Evil Dead Rise (Source: IMDB)
Kegilaan itu tersebut tak akan terwujud tanpa akting dari aktris Alyssa Sutherland. Ia luar biasa memerankan Ellie. Dia bekerja dengan Cronin dan timnya untuk menciptakan tidak hanya bagian dari penampilan Ellie tetapi juga gerakannya. Ia totally berubah menjadi sosok yang disturbing dan creepy dan hal itu bisa dilihat dari gesture, ekspresi, hinggga bagaimana Alyssa memainkan suara motherly-nya untuk mengolok-olok Beth cs, diikuti dengan line-line yang freaky seperti “Mommy’s with the maggots now!”.
Lily Sullivan juga hebat memerankan karakter Beth yang sedang mengandung, namun harus menghadapi saudara perempuannya sendiri sekaligus melindungi anak-anaknya dari ibu mereka. Lily sebagai Beth disini bertindak sebagai pahlawan yang mengingatkan kita pada Bruce Campbell yang memerankan Ash di film originalnya.
In short, performa kedua aktris tersebut patut diacungi jempol karena sudah memberikan beberapa adegan aksi luar biasa yang benar-benar memberi penghormatan kepada franchise Evil Dead. Para penggemar akan terpuaskan dengan fakta bahwa Evil Dead Rise dipenuhi dengan referensi dari film originalnya yang memiliki beberapa ciri khas seperti darah dan gergaji mesin.
Bagaimana dari sisi visual dan audio? Tak kalah bagus. Banyak pemilihan shot dan pencahayaan tepat yang mampu menciptakan suasana horor dan memaksa penonton untuk tutup mata. Makeup-nya pun juga luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari beberapa transformasi aneh dari karakter Ellie maupun korban lainnya. Mereka seperti zombie versi hantu.
Evil Dead Rise (Source: IMDB)
Lalu untuk musiknya, komposisi score film ini berhasil membuat jantung penulis berdetak lebih cepat. Scoring-nya mendukung setiap adegan horror yang ditunjukkan dan siap bikin kalian menjerit-jerit. Adegan Ellie menyanyikan lagu anak kecil pun mampu membuat penonton merinding karena cara menyanyikannya yang begitu seram dan aneh.
Di balik semua presentasi itu, patut digarisbawahi bahwa inti dari Evil Dead Rise adalah keluarga. Lee Cronin memberikan dinamika keluarga yang begitu baik demi menjaga perhatian penonton pada keluarga Alyssa sebelum mengetahui bahwa mereka tidak akan ada yang aman. Meskipun film ini cukup cepat dalam memperkenalkan setiap karakternya, penonton bisa memahami permasalahan yang dialaminya. Hubungan keluarga Ellie begitu terasa dekatnya sehingga mampu menciptakan ketegangan dan kekhawatiran saat mereka menjadi korban Necronomicon Ex Mortis.
Evil Dead Rise pastinya bukan film yang sempurna. Walaupun sedikit, beberapa kekurangan bisa dirasakan penonton seperti durasinya yang terasa begitu sebentar (1 jam 36 menit) sehingga pacing-nya terlihat sedikit terburu-buru. Dan terdapat beberapa momen di mana karakter film ini membuat keputusan yang bodoh dan bisa merugikan dirinya. Tapi, well, keputusan bodoh itu selalu jadi trope dari film horror sih.
Mengakhiri review ini, Evil Dead Rise secara keseluruhan merupakan film yang sangat bagus dan seramnya luar biasa. Ini adalah jenis film yang harus ditonton oleh sesama penggemar horor. Kalian akan tertawa dan berteriak di saat yang bersamaan di setiap momen yang menjijikan dan menakutkan.
GHIAN GRIMALDI | ISTMAN MP