Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti menjadi babak akhir dari universe Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang disajikan dengan penuh cinta dan kehangatan pada penceritaannya. Melengkapi 2 film sebelumnya yang menceritakan anak bungsu dan anak tengah, film ini tidak hanya menampilkan struggling Angkasa sebagai anak sulung, tapi bagaimana arti kisah cinta yang harus di perjuangkan
Disutradarai kembali oleh Angga Dwimas Sasongko dan ditulis oleh M. Irfan Ramly, film ini menjadi cerita paling hangat dan menyentuh dari sisi percintaannya. Disajikan dengan dua alur waktu penceritaan, dari perspektif Angkasa dan Lika yang sedang retak rumah tangganya serta dari perjalanan cinta Narendra dan Ajeng pada tahun 1987.
Kisah Narendra dan Ajeng sebagai orang tua dari Angkasa, Aurora, dan Awan menjadi plot paling penting dari film ini. Narendra, yang anak perantauan, berjuang untuk menjalani hubungan dengan Ajeng, anak dari konglomerat. Narendra harus memperjuangkan hubungannya dengan melawan ayah Ajeng yang sudah mencalonkan paksa anaknya ke anggota konglomerat lainnya.
Plot Narendra tersebut, perihal bagaimana ia berjibaku dengan kerumitan hubungannya, menjadi pelengkap plot Angkasa. Kisah Narendra diposisikan sebagai solusi masalah Angkasa yang tidak pernah mengetahui kisah cinta ayah dan ibunya sendiri .
Angkasa yang keluar rumah demi menjauh dari bayang-bayang sang ayah dan validasi sebagai kepala keluarga yang lebih baik dari ayah, menjadi titik konflik dari cerita film ini. Angkasa merasa bisa menjadi keluarga yang lebih baik dari Narendra, tapi ironisnya ia terjebak di situasi yang tak kalah pelik. Walaupun elemen anak sulungnya tidak terlalu ketara, kisah Angkasa bisa menjadi cerminan pasangan muda yang hubungannya sedang goyah..
Kisah yang berbeda alur waktu namun memiliki benang merah menjadi struktur cerita yang unik dan selling point dari film ini. Komedi yang tersaji juga memberikan warna dalam kisah drama ini yang diposisikan pada supporting character yang pas. Dari segi kompleksitas, cerita dari film ini cukup bisa dinikmati oleh penonton manapun, namun akan lebih rewarding bagi penonton yang telah mengikuti Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini serta Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang.
Sebagai film yang mengutamakan drama percintaan dan kisah pasangan muda, visual yang dihadirkan dari film ini cukup believable, terutama untuk kisah pada tahun 1987. Set produksi dibuat menyerupai jakarta pada tahun 1987. Apik sampai ke detail-detail kecil.
Pembeda kedua alur waktu tidak terbatas pada aspek cinematografi saja, tetapi juga suara. Scoring dan soundtrack dari film ini juga nilai plus dari film ini. Mengambil tembang lagu lawas yang hits pada zamannya membuat momen Narendra dan Ajeng semakin hangat untuk diikuti.
Mengakhiri review ini, sebagai film yang ditunggu untuk melengkapi “anak sulung” dalam universe NKCTHI, kisah Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti tidak berfokus untuk mendalami Angkasa yang selalu memikul beban luka dari sang ayah. Namun kisah dari film multi perspektif, multi timeline ini bertujuan untuk menceritakan bagaimana cinta yang sesulit apapun masalahnya, akan lebih berarti jika diperjuangkan.