Play Stop Rewatch, Jakarta – Ketika James Gunn diangkat menjadi bos baru DC Films, nasib film The Batman menjadi tanda tanya. Bagaimana tidak, James Gunn sudah memberi sinyal bahwa dia akan melakukan perombakan besar di lineup film-film DC. Bahkan, dia sudah memutuskan film Superman dengan bintang Henry Cavill tidak dilanjutkan lagi dan akan diganti dengan film Superman baru.
Untungnya, sejauh ini, Gunn menyakinkan bahwa dia tidak akan mengutak-atik The Batman. Rumor dia akan mencoba memasukkan kisah The Batman , yang relatif stand-alone, ke DCEU pun sudah ia bantah bersama sutradaranya, Matt Reeves. Hal itu memberikan rasa tenang bahwa hasil kerja Riddler di film The Batman akan bisa dikembangkan menjadi cerita yang lebih massif lagi ke depannya.
Dari sekian banyak tokoh yang hadir di film adaptasi DC Comics itu, tidak bisa dipungkiri bahwa Riddler adalah salah satu yang paling menonjol. Tak hanya ia memiliki karakterisasi yang menarik, ia juga memiliki development character yang apik dengan motivasi yang kuat. Ia digambarkan sebagai forensic accountant yang mengincar pejabat-pejabat korup karena menyakini merekalah yang telah merusak Gotham luar dalam.
Aksi Riddler terhadap pejabat-pejabat korup itu tak tanggung-tanggung. Kepada Komisioner Polisi Gotham Pete Savage, misalnya, Riddler menjadikannya pakan tikus. Contoh lain, kepada District Attorney Gil Colson, Riddler memasang bom di lehernya agar ia hancur berkeping-keping ketika tidak mengakui kejahatannya. Sadis!
Sekilas, aksi Riddler memang terlihat seperti aksi vigilante biasa di mana ia mengincar orang-orang yang telah melanggar hukum. Namun, setelah kami menonton The Batman dua kali, kami mendapati bahwa treatment terhadap karakter Riddler sebenarnya sungguh compelling. Hal tersebut mulai dari relasi Riddler dengan Batman hingga bagaimana ia terdorong untuk melakukan perubahan nyata, Real Change, di Gotham.
Bagi Riddler, Batman adalah partner. Ia sungguh menghormati sang manusia kelelawar. Ia menganggap mereka berdua memiliki kesamaan misi dan visi: mengubah Gotham. Tak berhenti di situ, keduanya juga memiliki masa lalu yang sama, anak yatim piatu yang kehilangan orang tuanya akibat ‘kejahatan’ di Gotham. Orang Tua Bruce Wayne (Batman) dibunuh di tengah periode kampanye. Sementara Riddler, walau tak mengenal siapa rang tuanya, terlunta-lunta di Panti Asuhan yang terbengkalai sejak ayah Bruce tewas.
Meski sama-sama ingin melakukan perubahan di Gotham, Riddler dan Batman beda pendekatan. Batman berpegang teguh pada No Kill Code. Ia mempercayai sistem hukum masih bisa diandalkan untuk menghukum para begundal. Apa yang ia perlukan hanyalah pengendalian diri dan konsistensi membawa penjahat ke ‘lampu sorot’ untuk dipersekusi.
Riddler lebih ekstrim, ia ingin melakukan perubahan nyata, menyeluruh. Semua diawali dengan membersihkan Gotham dari kankernya yaitu pejabat-pejabat korup. Dari sana, ia akan menghancurkan Gotham. Riddler yakin, dari Gotham yang hancur bersama kanker-kankernya, akan bangkit Gotham yang baru, yang lebih bersih. Uniknya, RIddler memasukkan nama Bruce Wayne dalam daftar ‘Pembaptisan’ Gotham meski tahu Bruce adalah Batman.
Langkah ekstrim Riddler, yang memandang dirinya ‘Juru Selamat’, bukan tanpa dasar. Seperti dikatakan di atas, ia adalah by product dari kegagalan Gotham melayani warganya. Semua berawal dari dana Pembaharuan Gotham (Gotham Renewal Fund) yang disiapkan Thomas Wayne.
Ketika Riddler masih tinggal di Panti Asuhan, ia dan Yatim Piatu lainnya berharap banyak dari dana Pembaharuan Gotham. Menurutnya, dana itu bisa menyelamatkan ia dan teman-temannya dari kemiskinan. Dana itu bahkan diumumkan di panti asuhannya. Namun, ketika Thomas Wayne tewas, segalanya bubar. Dana Pembaharuan jadi bancakan gangster-gangster Gotham.
Carmine Falcone pemegang porsi terbesar dari dana tersebut dan ia ingin lebih. Memanfaatkan segala rahasia yang ia pegang soal bisnis narkoba Salvatore “The Boss” Maroni, Falcone ‘menikam’ kompatriotnya itu dari belakang. Falcone tidak sendiri, tetapi memanfaatkan pejabat-pejabat kota Gotham dengan menjanjikan mereka Dana Pembaharuan dan porsi dari bisnis narkoba Maroni. Semua nurut, berkongsi dengan sang judas, dan melindunginya habis-habisan. Falcone tak tersentuh sejak saat itu dengan Oswald “Penguin” Cobblepot sebagai perantara ia dan para pejabat korup.
Riddler ‘berjasa’ menemukan bancakan Dana Pembaharuan Gotham itu. Sebagai Forensic Accountant, ia menemukan kejanggalan dalam penyaluran Dana Pembaharuan Gotham. Kesalnya ia, jika saja publik tidak ‘terkecoh’ oleh duka Bruce Wayne yang mendadak yatim piatu dan menyaksikan langsung pembunuhan orang tuanya, kejanggalan penyaluran Dana Pembaharuan pasti terungkap. Bruce adalah ‘Katalis’ kejatuhan Gotham, itulah kenapa dia masuk dalam rencana ‘Pembaptisan’ Gotham oleh Riddler, selamat ataupun tidak.
Simbolisasi Pembaptisan sangat kental pada film The Batman dan itu sejak filmnya dibuka. Tentu kalian ingat lagu apa yang mengawali film The Batman: Ave Maria. Digarap Franz Schubert pada tahun 1825 dengan nama original Ellens Dritter Gesang, lagu itu adalah permohonan kepada Bunda Maria. Salah satu bagiannya adalah permohonan untuk berkat dan doanya kepada mereka yang berdosa, baik sekarang maupun menjelang hari kematian.
Lagu itu tak hanya diperdengarkan sekali. Riddler bahkan menyanyikannya ketika ia memaparkan rencananya ke Batman di Arkham. Hal itu adalah langkah yang disengaja, bukan tanpa maksud. Gotham, saat itu, menghadapi ajalnya dan Riddler, secara sarkastik, meminta doa ke Bunda Maria.
Gotham adalah representasi dari Pendosa di lagu Ave Maria. Dalam wujud terkorupnya, Gotham adalah makhluk penuh dosa yang perlu disucikan kembali. Seperti yang bisa dilihat sepanjang film, Gotham sudah rusak luar dalam. It’s a s***hole di mana pemerintahannya dipenuhi pejabat-pejabat korup, jalanannya dikuasai begundal-begundal haus kekuasaan. Mereka yang baik menderita, tersingkirkan, bahkan dibutakan oleh janji-janji Pembaharuan, Renewal.
Riddler hakul yakin apa yang dibutuhkan Gotham harus lebih dari Renewal, tetapi Rebirth. Gotham perlu hancur untuk bangkit kembali. Apa yang ia lakukan? Meledakkan tembok-tembok laut Gotham dan membanjirinya (bahkan menenggelamkannya) dengan air.
Air adalah elemen penting dalam Pembaptisan. Berasal dari bahasa Yunani “Baptizo“, Pembaptisan adalah ritual pembersihan dosa di agama Nasrani. Hal itu dilakukan dengan memercikkan atau menyelamkan tubuh ke dalam air, melambangkan mati bersama Yesus Kristus dan bangkit kembali dari dalam air untuk menjadi figur yang bersih dari dosa. Sounds familiar?
Aksi Riddler membanjiri Gotham adalah perwujudan dari Pembaptisan itu. Dengan Gotham diguyur air bah, maka Gotham akan kolaps, tanpa pemerintahan lama dan warga yang utuh. “Dosa-dosa” hilang diguyur. Dari reruntuhannya, akan bangkit Gotham yang baru, yang lebih bersih, meski kita semua tahu bahwa tak akan semudah itu.
Apakah rencana The Riddler berhasil? Tidak juga. Ia, bersama para pengikutnya, berharap bisa tampil sebagai juru selamat Gotham. Aksi terakhir mereka adalah membunuh calon Wali Kota Gotham baru, Bella Real, sekaligus mengakhiri Orde Lama. Batman, yang gagal mencegah banjir Gotham karena surface-level investigationnya, untungnya berhasil mencegah tersebut.
Keberhasilan Batman memungkinkan Bella Real untuk mengambil langkah penyelamatan Gotham yang kolaps akibat banjir. Batman, di satu sisi, menjadi beacon of hope, merangkul masyarakat dan memastikan bahwa he’s part of Gotham Citizen. Ironisnya, posisi Batman itulah yang diinginkan Riddler. Bagaimana dengan Riddler? Dia menangis sesengukan di Arkham, rencana Pembaptisannya gagal, namun dengan satu teman baru di sampingnya. Friend? Sekian analisis ini.