Okay… where to begin? Into the Spider-Verse merupakan salah satu surprise hit tahun 2018. Dari cuma ‘another Spider-Man film by Sony‘ to Oscar winning animated flick. Bak Miles Morales, Into the Spider-Verse went from zero to hero. Oleh karena itu sekuelnya, Across the Spider-Verse, menjadi salah satu film paling dinanti tahun 2023 and lemme tell ya, it is A WORK OF ART. ‘
Singkat cerita, apa yang ada di Into the Spider-Verse dikali dua, tiga, bahkan empat. More action, more heart and more Spider-Men than you can count. Jumlah easter egg di film ini LIMITLESS. Kecuali bisa nonton di rumah, kalian harus nonton film ini berulang kali untuk dapat mencerna semua yang ada didepan mata kalian. Ok, I’m getting ahead of myself… I’ll start again.
Van Gogh Be Jealous
Pertama-tama kita akan membahas visualnya. IT IS BONKERS!
Into the Spider-Verse hanya memberi sedikit saja taste dari Across the Spider-Verse lewat Peni Parker yang anime dan Spider-Ham yang kartun ala Looney Tunes. Tapi di Across the Spider-Verse, tidak hanya banyak karakter Spider-Men lain yang secara artstyle lebih beragam, Miles juga akan berpindah dimensi ke dunia mereka.
I don’t know how the animators pulled it off, but goddamn! Setiap dunia dibuat seakan-akan digambar oleh komikus yang berbeda. Tidak hanya ala komik normal saja, ada karakter yang betul-betul di luar dunia perkomikkan. Juggling that many artstyle in one movie? Duh nangis deh kalo jadi animator.
Semua itu menjadikan film ini tidak hanya sekedar film animasi biasa. Tidak hiperbola sih kalau film ini juga disebut sebagai karya seni. An homage ke seluruh dunia seni menggambar tidak hanya komik saja. Penulis yakin, kalau kalian screenshot satu frame film ini dan pasang di museum, orang tidak akan ada yang mengira kalau itu dari sebuah film. Kalau tahun depan menang Oscar lagi, tidak usah kaget.
Blink And You’ll Miss It
Kedua, action. Di Into the Spider-Verse, kita disuguhkan aksi gila yang super cepat. Di Across the Spider-Verse lagi-lagi semua itu dikali lipatkan dua, bahkan tiga kali lebih gila. Bahkan saking gilanya kadang penulis sampai tidak bisa mencerna semua yang ada di layar. Itulah mengapa penulis sebutkan sebelumnya, kalian harus menonton film ini berulang kali untuk dapat mencerna semua yang ada di depan mata.
Untung saja, di kala action, dialog atau plot tidak melambat. Untuk film yang berdurasi 2.5 jam, sama sekali tidak terasa. Berkat skalanya yang amat sangat besar, jalan cerita film ini sulit ketebak. Ratusan bahkan ribuan permutasi dapat muncul karena central themenya yang multiversal/multidimensional. Jadi walaupun kalian tidak dapat mencerna semua yang ada di depan mata, dialog masih tetap berjalan dan tetap bisa mengikuti setidaknya dari segi audio.
Web of Feelings
Selain doubling down dari segi visual dan action, Across the Spider-Verse juga turut menambah momen-momen emosional yang dihadapi oleh Miles dkk. Hubungan antara Miles dan kedua orang tuanya lebih diperdalam di sini. Problematikanya masih sama semenjak zaman Tobey Maguire menjadi Peter Parker, Spider-Man can’t juggle between being a hero and a student.
Dialog antara Miles dan keluarganya dihadirkan secara intimate. Tidak hanya sebuah film untuk anak-anak, orang tua yang menontonnya pun bisa mendapatkan sesuatu dari film ini, belajar bagaimana menjadi orang tua dari anak yang hendak tumbuh dewasa. Semua momen emosional itu dikelilingi oleh momen lucu nan humoris yang smart. Tidak hanya quippy banter ala MCU, tapi juga humor khas film animasi yang lucu secara visual. It’s still a kids movie afterall.
Beyond the Spider-Verse
Sebagai penutup, film ini lewat dari ekspektasi penulis. Tidak hanya sebuah karya seni, film ini juga entertaining, fun dan sangat, sangat bagus dari segi lore dunia Spider-Man itu sendiri. Tidak usah menunggu sampai end credits berakhir karena dalam film ini tidak ada end credits scene.
Tapi, walaupun tidak ada, kalian akan puas nonton film ini dan juga tidak puas, karena Across the Spider-Verse hanyalah setengah dari kisah Miles Morales keliling dimensi Spider-Verse. Di sini Sony menghadirkan film yang tidak hanya menghargai akarnya dari komik tapi juga seni menggambar secara keseluruhan juga semua sepak terjang Spider-Man diberbagai medium lain. A true work of art and I cannot wait for March 2024.