Review Women Talking : Dilema Antara Bertahan Atau Dilecehkan

Sekarang ini, banyak film yang mengangkat isu tentang perempuan dan salah satu yang sering dibahas adalah kekerasan seksual. Di Indonesia, Like and Share (2022) adalah salah satunya yang menjadi favorit saya. 

 

Industri hiburan Hollywood juga sangat memperhatikan isu kekerasan seksual. Salah satu film terbaru yang tayang tahun lalu, She Said, mengangkat kisah nyata tentang investigasi kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Harvey Weinstein, seorang produser terkenal di Hollywood. 


Kini, ada satu film yang tidak hanya mengangkat isu sosial yang sangat penting, namun juga memberikan perspektif yang sangat segar dan berbeda dari yang biasa kita lihat, berjudul Woman Talking. Tidak heran, film ini mendapatkan nominasi bergengsi di ajang Oscar seperti Best Adapted Screenplay dan bahkan Best Pictures! Tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang film yang sedang naik daun ini? Jangan lewatkan ulasan selengkapnya di bawah ini!

 

Woman Talking (Source: MGM)

 

Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Miriam Toews, Women Talking bercerita tentang sekelompok wanita yang tinggal di daerah terpencil dan sering menjadi korban kekerasan seksual tanpa alasan yang jelas. Awalnya, para tetua di sana menganggap bahwa kejadian ini adalah ulah hantu, tetapi suatu hari mereka berhasil menangkap pelaku kejahatan ini. Dari sinilah terungkap bahwa banyak dari pria yang terlibat dalam kejadian tersebut bersembunyi karena takut diadili.

 

Para wanita tersebut kemudian diberikan waktu dua hari untuk memilih antara tiga pilihan: tidak melakukan apa-apa, tetap tinggal dan melawan, atau pergi dari wilayah tersebut. Setelah voting dilakukan, ditemukan dua pilihan yang imbang, yaitu tetap tinggal dan melawan atau pergi dari wilayah tersebut. Sebelas wanita dipilih untuk berdiskusi menentukan pilihan di antara kedua opsi tersebut. August, seorang guru bagi anak-anak mereka, bertugas sebagai notulen dalam “rapat” mereka.

 

Dari sinilah kemudian kesebelas wanita ini saling berdiskusi, melempar argumen untuk dapat menentukan pilihan yang tepat bagi mereka. Apakah bertahan atau pergi?

 

© 2022 Orion Releasing LLC. All Rights Reserved.

 

Dimulai dengan pembangunan konflik yang cepat namun potensial, Women Taking berhasil memaksimalkan kisahnya. Setiap tokoh mampu menyampaikan pendapatnya dengan penekanan emosi yang pas di setiap dialognya. Ada tawa, tangis, dan amarah, namun semuanya tetap dibalut dengan kehangatan dari setiap tokoh yang ada.

 

Meskipun berasal dari kelompok yang sama, setiap tokoh memiliki pemikiran dan pengalaman yang berbeda, yang membawa mereka untuk mengeluarkan pendapat yang berbeda. Namun, yang menarik adalah semua perspektif tersebut tidak disampaikan secara berlebihan satu sama lain. Porsi dari setiap tokoh untuk berpendapat sangatlah proporsional, sehingga tidak ada yang terlihat sangat menonjol atau tertutup.

 

Namun, karena itu juga, saya menjadi sulit untuk dapat mengidentifikasi satu per satu dari tokoh yang ada. Hanya beberapa yang dapat saya ingat. Hal ini juga membuat saya kesulitan untuk bersimpati terhadap para tokoh secara terpisah. Saya hanya dapat merasakan secara kolektif dari komunitas mereka.

 

Woman Talking (Source: MGM)

 

Selain itu, yang menjadi kekurangan lainnya dari film ini adalah tentang latar. Sebelum menonton, saya mengira film ini berlatar pada era perang dunia dengan budaya patriarki yang kuat. Namun, ketika menonton, saya disuguhkan dengan production design yang gelap dan terkesan “tua”. Namun, ternyata saya salah. Ada adegan di mana secara langsung disebutkan bahwa film ini berlatar pada tahun 2010. Selain itu, lokasi tempat para tokoh berada juga tidak dijelaskan secara spesifik.

 

Selain tentang latar, alur cerita dalam film ini mungkin tidak cocok bagi semua orang karena cenderung lambat dan hampir seluruh durasinya dihabiskan untuk dialog dan perdebatan di dalam sebuah kandang. Bagi beberapa orang, ini mungkin terasa membosankan.

 

Woman Talking (Source: MGM)

 

Namun, terlepas dari kekurangannya, Women Talking berhasil membuat saya memahami lebih dalam pikiran dan perasaan seorang perempuan. Tak hanya itu, Women Talking juga berhasil memaksimalkan dialog dan moment pada saat menuju ending. Ada 2 moment yang terlihat sangat sederhana namun sangat menyentuh bagi saya.

 

Dengan cara penceritaan yang begitu memukau, menurut saya, Women Talking pantas mendapatkan penghargaan untuk nominasi Best Adapted Screenplay di ajang Oscar. Kita tunggu saja bagaimana hasilnya!

Bagikan:

Anda Juga Mungkin Suka

Leave a Comment