Setelah One Piece Film: Red, One Piece Live Action (OPLA), Luffy versi Nika, sampai kemunculan dr. Vegapunk dan pengungkapan kekuatan Jaygarcia Saturn, Eiichiro Oda (dan Netflix) kembali memberi hadiah untuk para penggemarnya yang telah sabar mengikuti seri manga garapannya sepanjang lebih dari 25 tahun ini lewat Monsters 103 Mercies Dragon Damnation (selanjutnya disingkat Monsters).
Monsters merupakan adaptasi dari manga one-shot karya Oda-sensei sekitar 30 tahun lalu – sebelum One Piece tercipta – di saat usianya 19 tahun dan masih menjadi asisten Shinobu Kaitani (One Outs, Liar Game).
One-shot ini pertama kali diterbitkan dalam Shonen Jump Autumn Special pada 1994. Kemudian dicetak ulang pada 1998 sebagai bagian dari Wanted! (kompilasi cerita pra-One Piece Oda). Kompilasi Wanted! memuat Monsters bersama beberapa cerita pendek lain, seperti Wanted!, Ikki Yako, dan Romance Dawn.
Sepenggal Latar Ryuma dalam Monsters
Disutradari Sung Hoo Park dan digarap oleh E&H Production, original net animation (ONA) satu episode ini merupakan spin-off One Piece yang mengangkat kisah legenda samurai Wano, Shimotsuki Ryuma, yang sempat menjadi rival Zoro di Thriller Bark saat kru topi jerami berhadapan dengan salah satu shichibukai, Gecko Moria.
Di saga ini, Zoro berduel secara elegan dan gentle melawan Ryuma, leluhurnya, yang sudah berwujud zombi setelah dibangkitkan oleh Hogback menggunakan bayangan Brook.
Singkat cerita, Ryuma versi zombi ini kalah dan mewariskan pedang Shusui (salah satu dari 21 meito di One Piece) miliknya ke Zoro. Shusui menggantikan Yubashiri Zoro yang dihancurkan kapten Marine Shu di Enies Lobby.
Namun, Shusui akhirnya dikembalikan sebagai barang bersejarah Wano – sebagai ganti pedang Zoro, Kozuki Hiyori menukarnya dengan Enma milik Kozuki Oden.
Menanggung Nama Besar One Piece
Monsters menampakkan sosok asli Ryuma saat masih berwujud manusia beserta legendanya sebagai pendekar penebas naga.
Sebagaimana One Piece dengan referensi seting yang begitu luas, Monsters memberi suguhan seting segar ala kota wild west dengan nuansa koboi.
Walaupun secara seting kurang menggambarkan kapan dan di mana pastinya kisah Ryuma ini berlangsung, Monsters lebih-kurang bisa meng-capture Oda-sensei older style beserta wawasannya.
Lewat anime ini, penonton ditekankan kembali soal bakat Oda-sensei dalam menggarap karakter dan plot yang berjalan beriringan dan saling support dengan bumbu-bumbu humor dan scene-scene emosional yang tetap ngena’ dan khas Oda-sensei.
Di sini kita diyakinkan dengan kemampuan Oda-sensei dalam me-recall informasi bertahun-tahun silam yang ternyata berkaitan satu sama lain, seperti yang sering ia lakukan di One Piece – teranyar dalam flashback Kuma.
Seperti halnya OPLA, nama besar Eiichiro Oda dan One Piece (juga penggemarnya) memang jadi beban yang amat berat untuk spin-off yang satu ini.
Kurang, Tapi (Pokoknya) Berkesan
Sejujurnya tidak ada yang spesial dari Monsters, kecuali bagi para nakama (meskipun Monsters tetap bisa dinikmati oleh non-nakama). Sebab, rasanya anime ini dibikin hanya untuk fans service semata.
Monsters agaknya akan lebih berkesan bagi nakama sejati ketimbang penonton awam yang tidak tahu menahu soal One Piece. Ditambah dengan style animasinya yang cenderung biasa-biasa saja jika dibanding dengan anime zaman sekarang, wibu non-nakama mungkin bakal kecewa.
Barangkali penonton non-wibu juga akan merasa tidak nyaman dengan plot yang terasa cepat sehingga kebanyakan tell don’t show lengkap dengan adegan pertarungan ‘sekali pukul’ yang kurang epik. Tapi… tentu… sebagai penggemar One Piece… faktor ini tidak begitu ‘kami’ pedulikan. Pokoknya ‘kami’ senang bisa lihat sosok Ryuma versi manusia.
Begitupun dengan sosok naga yang saya kira akan didesain semengerikan Kaido, nyatanya cuma beda warna dengan naga konyol di Punk Hazard (juga mirip naganya Daenerys Targaryen, tapi versi loyo). Tapi…ya…sekali lagi…bodo amat. Monsters tetap punya nilai tersendiri bagi nakama.
Meskipun tidak memengaruhi arc One Piece saat ini (yang katanya mau tamat), Monsters masih terkait dengan universe One Piece – sebagaimana konfirmasi Oda-sensei pada SBS Volume 47. Dengan demikian, Monsters memberi kesempatan pada penggemar One Piece untuk mengintip bagaimana semesta One Piece di era Ryuma.
Monsters sekali lagi menunjukan kejeniusan Oda-sensei dalam mewujudkan apa pun keinginannya menjadi suatu karya yang elegan. Sebab Monsters sejatinya hanya lahir dari kegemaran sang mangaka pada judul berakhiran “-ters” dan karena keinginannya menggambar adegan menebas naga dalam panel besar.
Akhir kata, mohon maaf kalau ulasan ini terlalu bias. Sebagai nakama sedari Luffy berlayar pakai tong, apa pun yang berasal dari otak dan tangan Oda-sensei rasanya bibir dan tangan ini berat sekali untuk bilang; Jelek! Bukan salah Oda!