Film-film Asia terkenal dengan kemampuannya menguras emosi saat menontonnya. Film-film Thailand, terutama yang bergenre drama, menjadi salah satu di antaranya yang kerap berhasil membuat para penontonnya terenyuh bahkan nangis sesengukan.
Nahm, film baru asal Thailand berjudul “How to Make Millions Before Grandma Dies”, mempertahankan reputasi tersebut. Tak hanya film tersebut berhasil mengobok-obok emosi kami sepanjang film, tetapi juga menguras air mata di penghujung kisahnya.
How to Make Millions Before Grandma Dies punya plot yang simple, tapi unik nan menarik. Kita diperkenalkan dengan sesosok pemuda bernama M. Bekerja sebagai streamer game, M tidak memiliki hidup yang bisa dikatakan spesial. Selain karir streamernya tak menghasilkan apapun, hidupnya pun masih terlunta-lunta.
Tidak ia sangka, solusi datang dari sepupunya yang cantik,Moi. Moi, selama ini, hanya bekerja menjaga dan merawat kakeknya hingga yang bersangkutan meninggal. Nah, ketika sang kakek meninggal, Moi kejatuhan durian runtuh. Sang kakek memberikan warisan terbesar kepada dirinya, sebuah rumah. Rumah itu kemudian Moi jual yang memberikannya harta berlimpah.
Melihat keberhasilan Moi, M pun terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Ia berniat mendekatkan diri ke neneknya, biasa dipanggil Amah, dengan harapan bisa menerima warisannya suatu hari nanti.
“How to Make Millions Before Grandma Dies” (Source: GDH)
Seperti orang tua pada umumnya ketika anak-anaknya sudah tumbuh dewasa, Amah tinggal sendirian di rumah tua yang dulu juga ditinggali M semasa kecil. Anak-anaknya, yang berjumlah 3, telah mandiri dan memilih untuk hidup jauh dari Amah.
Anak yang pertama adalah Kiang. Dibanding saudara-saudaranya, ia yang paling mapan. Namun, kemapanan dan kekayaannya itu seringkali membuat jarak antara Kiang dan saudara-saudaranya.
Ibunya M adalah anak kedua dan satu-satunya anak perempuan Amah. Ia bekerja menjadi pegawai supermarket dan pekerjaan paruh waktu lainnya. Di antara saudara-saudaranya, ia kadang menjadi orang yang paling sering mengabaikan diri demi kepentingan orang lain.
Soei adalah anak paling bungsu. Dibandingkan dengan dua saudaranya, Ia adalah anak paling sembrono. Saking sembrononya, sulit untuk gak benci sama kelakuan dan sikapnya yang tengil sepanjang film. Soei bekerja serabutan dan terlilit hutang yang sangat banyak.
Saat tahu bahwa M akan berusaha untuk merawatnya, Amah tak menerimanya. Menurutnya, kecerobohan demi kecerobohan M yang konyol akan membuatnya mati lebih cepat. Tak tahan dengan paksaan M, Amah mengusirnya dari rumah.
M tak menyerah. Segala upaya pun dilakukannya untuk bisa melayani dan merawat Amahnya. Akhirnya, apa yang dilakukan M pun berbuah manis. Lambat laun Amah mulai luluh dengan apa yang diperbuat M, sehingga menerima M untuk merawatnya.
Interaksi hangat pun terjadi antara M dan Amahnya lewat keseharian yang mereka lakukan bersama. Mulai dari berjualan bersama, memasak, bermain kartu, hingga bertamasya. Segalnya berakhir ketika muncul konflik antara anak-anak Amah yang tentu melibatkan M di dalamnya.
Untuk film drama yang berdurasi 2 jam, How to Make Millions Before Grandma Dies tidak terasa membosankan. Tak ada moment yang terlalu draggy atau dilebay-lebaykan. Walaupun memang ada beberapa bagian yang tak lengkap dan masih memerlukan penjelasan, namun hal-hal itu tak begitu mengganggu.
Semua emosi yang muncul diolah sedemikian rupa sehingga berhasil mencampuradukan emosi penonton. Highlight patut diberikan kepada emosi kesedihan yang berhasil di built up dari awal. Dari awal, mungkin masih tak terasa sedih atau harunya. Tapi di bagian akhir dari film ini, siap-siap untuk nangis sampai sesenggukan.
Menariknya, hal yang berpotensi memunculkan air mata tidak dieksploitasi lewat tangisan para tokohnya. Malah banyak moment yang bisa bikin nangis muncul lewat dialog yang penuh canda, tertawa, atau bahkan saat tokoh tersenyum.
Scoring juga berhasil membawa suasana cerita yang haru tapi hangat. Alih-alih menggunakan musik yang lebay, film ini menggunakan alunan piano yang sederhana namun ngena. Itu sudah sangat cukup untuk memainkan perasaan sepanjang film.
Semua hal itu berhasil bikin kita terenyuh dan puncaknya di bagian akhir film yang berpotensi menimbulkan tangisan massal jika menontonnya di bioskop.
Dari sisi cerita, mungkin How to Make Millions before Grandma Dies sangatlah biasa dan generik. Beberapa bagian ada yang terkesan sangat simple diceritakannya. Tidak ada kejutan berarti. Gak ada hal yang benar-benar special. Sebelum menonton, sudah sangat dipastikan kita udah tahu alur ceritanya gimana dari trailer atau sinopsisnya.
Namun, semua “kesederhanaan” itu dieksekusi dengan baik, membuat kisahnya tak hanya jadi mudah dipahami, tetapi juga terasa sangat dekat dengan kehidupan kita. Perbedaan budaya antara Indonesia dan Thailand yang tak begitu jauh, membuat para penonton akan mudah relate. Beberapa di antaranya seperti latar cerita di daerah dekat stasiun kereta, hingga konflik yang biasanya terjadi di dalam keluarga-keluarga Asia.
Mengakhiri review ini, tak berlebihan mengatakan How to Make Millions Before Grandma Dies adalah film yang bisa membuat kita berefleksi tentang keberadaan diri kita di dalam keluarga. Lewat gambaran realistis perihal kehidupan berkeluarga yang kompleks dan penuh konflik, kita jadi bisa melihat bahwa masalah keluarga tak seharusnya memecah belah, tapi memperkuat kasih dan perhatian terhadap satu sama lain.
How to Make Millions sudah tayang di bioskop 15 Mei 2024.
ps: Film ini berpotensi bikin kamu nangis brutal. Jangan lupa sediakan tissue banyak-banyak menjelang akhir.