Selama bertahun-tahun, Hollywood telah menghasilkan banyak film biopik musik, seperti “Walk the Line” tentang Johnny Cash, “Bohemian Rhapsody” tentang Freddie Mercury, “Elvis” tentang Elvis Presley, “Rocketman” tentang Elton John, dan yang terkini, “Bob Marley: One Love” tentang Bob Marley. Film-film ini dibuat tidak hanya sebagai ungkapan penghormatan kepada seniman-seniman tercinta yang telah lama menjadi inspirasi, namun juga sebagai pintu masuk bagi para pendengar baru untuk menikmati karya sang seniman.
Di Indonesia, sayangnya film biografi tentang musisi tanah air bisa dikatakan cukup minim keberadaannya. Padahal film seperti “Slank Nggak Ada Matinya” (2013) dan “Chrisye” (2017) cukup menarik dalam menceritakan sisi kehidupan lain musisi yang tidak diketahui oleh banyak orang. Untungnya, para penikmat film dan musik Indonesia bisa kembali tersenyum dengan hadirnya film biografi tentang sang legenda musik Indonesia, Glenn Fredly.
Siapa yang tak mengenal sosok Glenn Fredly? Ia adalah ikon tak terlupakan dalam industri musik Indonesia, dengan suara yang khas dan kemampuan vokal yang memukau. Kepergiannya telah meninggalkan duka yang mendalam. Namun, warisan seni yang telah ia ciptakan tentu akan selalu dikenang dan dihormati dan film Gleen Fredly The Movie adalah salah satu wujud penghormatan kepadanya.
Merupakan hasil kolaborasi antara Time International Films dan Adhya Pictures yang diproduksi oleh DAMN! I Love Indonesia Pictures, Glenn Fredly The Movie dibintangi oleh Marthino Lio, aktor pemenang Piala Citra FFI 2022 dan 2023, yang dipercaya memerankan karakter Glenn Fredly.
Adapun film yang disutrradarai aktor Lukman Sardi ini tak hanya mengajak penonton untuk bernostalgia dan menyaksikan perjalanan karir bermusiknya Bung Glenn, melainkan juga menggali kisah cinta, kehidupan keluarga, serta nilai-nilai kemanusiaan yang selalu ditekankan olehnya.
Minim Masa Kecil Glenn Fredly
Dari segi cerita, Lukman Sardi lebih fokus mengeksplorasi sisi Glenn Fredly yang sudah dikenal publik. Dia tidak menghabiskan waktu untuk menceritakan masa kecil atau remaja bung Glenn. Film ini lebih menekankan pada kontribusi besar yang bung Glenn berikan kepada kota Ambon, yang diiringi oleh beberapa konflik baik itu dengan ayah, istri, ataupun manajer beliau.
Penceritaan film ini disampaikan secara linear, kronologis, sehingga penonton dapat mengikuti alur cerita dengan mudah. Durasi setiap lagu yang ditampilkan juga tepat, tidak terlalu singkat atau terlalu panjang. Ini memberi kesempatan kepada penonton untuk merasakan emosinya dan ikut bernyanyi selama menontonnya di bioskop.
Namun, sayangnya, untuk pacing terkadang terasa terlalu terburu-buru. Adegan-adegan penting terjadi dengan cepat tanpa memberikan cukup waktu bagi penonton untuk meresapi setiap momen penting dalam ceritanya.
Penulis juga sangat menyayangkan film ini kurang menampilkan proses bung Glenn saat menulis lagu-lagunya. Fokusnya lebih pada alasan dan latar belakang dibuatnya lagu-lagu tersebut. Menyajikan proses penulisan lagu, padahal, bisa membuat penonton lebih merasakan keintiman emosional yang mendasari lagu-lagunya dan mengetahui bagaimana lagu tersebut memiliki dampak.
Hal lainnya yang penulis tidak puas adalah endingnya yang terasa terlalu cepat untuk mengakhiri ceritanya. Meskipun mengikuti formula ending pada film “Elvis” (2022), namun kesan yang didapat adalah film ini terburu-buru untuk mengakhiri cerita, sehingga beberapa aspek kehidupan bung Glenn terasa terpinggirkan.
Glenn Fredly Diperankan Dua Aktor
Dari segi akting, penulis sangat kagum dengan performa dari Marthino Lio karena mampu menghadirkan sosok bung Glenn kembali. Dia benar-benar menunjukkan bahwa dia adalah aktor yang berbakat karena sudah totalitas dalam memerankan seorang Glenn Fredly. Dari cara berbicara, ekspresi, hingga gaya bernyanyinya, benar-benar mengingatkan dengan bung Glenn.
Jujur pada awalnya penulis cukup ragu karena pengisi suara untuk setiap lagu pada film ini bukan dari Marthino Lio sendiri, melainkan penyanyi Eldhy Victor yang memiliki suara serupabung Glenn. Namun, untungnya Marthino Lio mampu mengatasi perbedaan suara tersebut dengan kemampuan voice acting yang luar biasa, sehingga Eldhy Victor dan Marthino Lio benar-benar berhasil menciptakan kesan yang mirip dengan Glenn Fredly.
Ada satu hal lucu perihal presentasi Marthino Lio sebagai Glenn. Ada beberapa adegan di mana kulit Marthino Lio terlihat terlalu putih, yang menurut penulis sedikit mengganggu karena membuat kesan miripnya menjadi berkurang. Mungkin ini dapat menjadi catatan penting bagi make-up artist untuk lebih teliti dalam mempersiapkan talentnya pada setiap adegan
Oke, kembali ke sektor akting, chemistry antara Marthino Lio dengan Bucek Depp, yang memerankan ayahnya bung Glenn, patut di-highlight. Dialog di antara keduanya intense dengan chemistry yang terlihat convincing. Akting dari Bucek Depp layak dipuji karena berhasil menghadirkan sosok ayah yang keras dan menyebalkan.
Lalu, penempatan peran yang sempurna juga terjadi pada aktor yang memerankan Mutia Ayu dan Dewi Sandra. Zulfa Maharani dan Sonia Alyssa terlihat sangat mirip dengan versi aslinya. Akting keduanya juga cukup baik, sesuai dengan karakter dan ciri khas masing-masing. Aktor lainnya seperti Winky Wiryawan sebagai Felix dan Sahira Anjani sebagai Uci juga tampil dengan sangat natural sebagai tangan kanan Bung Glenn
Sederhana Namun Mendalam
Naskah Glenn Fredly The movie juga patut diacungi jempol. Sederhana namun memiliki kedalaman karena banyak mengandung kutipan penting yang menginspirasi tentang keluarga dan kemanusiaan. Penonton akan terkesan dengan kontribusi yang diberikan oleh bung Glenn tidak hanya kepada kota Ambon, tetapi juga Indonesia. Dia selalu meyakini bahwa bakat yang diberikan Tuhan harus dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan bersama.
Oleh karenanya, ini adalah salah satu film yang setelah selesai menontonnya, penonton akan terdorong untuk berbuat baik dan lebih peka terhadap sekitar, terutama keluarga. Karena memang hubungan ayah dan anak sangat ditekankan dalam film ini, meskipun kurang terasa emosional karena pacing yang terlalu cepat tadi.
Untuk aspek visual, film ini tidak memiliki sinematografi yang mencolok, meskipun tidak dapat disebut buruk. Sepertinya film ini tidak begitu memprioritaskan aspek visual yang spektakuler, melainkan lebih mengedepankan esensi dari cerita yang ingin menginspirasi melalui sosok Glenn Fredly.
Mengakhiri ulasan ini, secara keseluruhan Glenn Fredly The Movie merupakan film yang wajib ditonton oleh fans dari Glenn Fredly dan layak ditonton oleh semua kalangan, karena sosok Glenn Fredly yang memberikan inspirasi dan banyak pembelajaran hidup yang bisa dicontoh kita semua. Sudah sepantasnya juga masyarakat Indonesia mengapresiasi perjuangan dan warisan seni dari bung Glenn, yang memberikan hatinya buat negara ini dan menyatukan masyarakat Indonesia melalui musiknya yang indah dan menyentuh hati.