Setelah sekian purnama, akhirnya penonton bisa kembali menonton anime Slam Dunk di layar. Bedanya, tidak lagi di layar televisi menjelang malam hari, tetapi di layar lebar lewat The First Slam Dunk.
Diadaptasi dari komik berjudul sama karya Takehiko Inoue, yang juga menciptakan manga REAL dan Vagabond, The First Slam Dunk masih menceritakan upaya klub basket Shohoku untuk menjuarai kompetisi basket sekolah menengah atas. Adapun, untuk film ini, Takehiko Inoue turun gunung untuk menyutradarainya dan memastikan filmnya masih setia dengan cerita yang ia sampaikan via manga di tahun 90an.
Perbedaan paling besar antara manga dan animenya dengan film ini adalah karakter utamanya. Tak lagi Hanamichi Sakuragi dan Kaede Rukawa, Takehiko Inoue menaruh fokus pada point guard Shohoku, Ryota Miyagi. Pada manga dan animenya, Ryota Miyagi jarang mendapat spotlight seperti Sakuragi ataupun Rukawa sehingga Takehiko Inoue ingin mengubahnya di The First Slam Dunk.
Ryota Miyagi dikisahkan memiliki kakak laki-laki yang menginspirasinya untuk menjadi pemain basket handal. Namun, Ryota selalu dianggap tidak mewarisi keahlian abangnya, karena tubuhnya yang kecil. Walau begitu, Ryota pantang menyerah.
Ingin membuktikan dirinya juga handal bermain basket, Ryota terus berlatih dan memanfaatkan kekurangannya untuk bisa menjadi lebih baik. Puncaknya, saat SMA, ia direkrut ke klub basket Shohoku yang mempertemukan ia dengan Hanamichi Sakuragi, Kade Rukawa, Takenori Akagi, dan Hisashi Mitsui. Bersama, mereka menghadapi berbagai lawan kuat, termasuk rival utama Shohoku, klub basket Sannoh.
Seperti film-film olahraga pada umumnya, pesona utama The First Slam Dunk berasal dari pertandingan olahraganya. Aksi saling berebut bola dan bergantian mencetak skor membuat nafas ngos-ngosan, jantung berdebar, dan mata melotot sepanjang pertandingan. Namun, charm dari film berdurasi 2 jam ini bukan itu saja.
Di balik semua keseruan yang terjadi, hal yang lebih seru lagi adalah proses perjalanan Shohoku untuk menjadi klub basket SMA nomor 1 di Jepang. Film ini dengan apik memotret jatuh bangun Ryota cs, yang dianggap underdog di Jepang, untuk menemukan potensi maksimalnya dan membuktikan siapapun yang merendahkan mereka salah.
Uniknya, tidak seperti manga dan animenya yang relatif straightforward, The First Slam Dunk disampaikan via narasi non linear. Alur filmnya dibuat maju dan mundur, mengkontraskan apa yang terjadi di pertandingan dengan apa yang terjadi jauh sebelumnya. Tentunya sebagian besar dari perspektif Miyagi, Efeknya, penulis sampai hanyut dalam kisah-kisah Miyagi yang selama ini hanya dikenal sebagai side character.
Inoue mampu merangkum perjalanan hidup Miyagi, mulai dari memilih terjun ke dunia basket hingga momen bahagia dalam hidupnya, dengan apik. Beberapa adegan flashback Miyagi bahkan sukses membuat mata penulis berkaca-kaca. Bagi penggemar lama Slam Dunk, film ini adalah fan service yang sungguh-sungguh mantap, membawa emosi naik turun dari sedih hingga tegang.
Hal yang patut diapresiasi, meski The First Slam Dunk menggunakan pendekata non linear dalam bercerita, hal itu tidak dilakukan secara bertele-tele. Narasinya tak kalah tangkas dengan pergerakan Shohoku. Ringkas, jelas, padat, dan memberi konteks secukupnya. Tidak ada flashback berpanjang-panjang untuk membangun drama. Film ini seakan mengajari bagaimana cara menyuguhkan pertandingan sungguhan dalam bentuk anime tanpa melupakan storytelling.
Penyampaian cerita dan pertandingan sepakbola tersebut didukung scoring yang tak kalah mantap. Scoring yang dihadirkan sangat cocok dan mengalun sesuai ketegangan yang hendak dibangun. Track yang penuh semangat bisa tiba-tiba saja berganti dengan suara debaran detak jantung yang sukses bikin adrenaline ikut terpacu.
Tentu yang tidak boleh dilupakan dari film ini adalah visualisasinya. Takehiko Inoue menggabungkan animasi 3D dan 2D seperti yang digunakan Mamoru Hosada di Belle. Efeknya diluar dugaan, sungguh ciamik. Mulai dari lemparan bola yang mulus di udara, rangkaian dribbel, run-up, hingga kemudian menjadi slam dunk, semua momen-momen itu terlihat lebih dinamis dan memukau dalam tampilan 3D.
Mengakhiri review ini, The First Slam Dunk memberikan experience menonton pertandingan basket yang tidak pernah terasa di animenya dulu. Anime atau komik sport yang bagus adalah yang berhasil membuat penonton nya merasa haru, tegang dan frustasi di saat yang sama, persis saat kita menonton pertandingan olahraga di dunia nyata. Film ini berhasil melakukan itu.
Khusus untuk anda yang belum pernah menyentuh kisah Slam Dunk sebelumnya, jangan khawatir. Takehiko Inoue meng-craft film ini sedemikian rupa agar juga accessible ke penggemar atau penonton baru. Tak akan sulit untukt tune in ke ceritanya dan jatuh hati terhadap klub basket Shohoku.
Film The First Slam Dunk masih bisa di saksikan di Bioskop kesayangan kalian semua, Jangan sampai kelewatan.