Sejak awal, jualan utama dari franchise The Expendables adalah mengumpulkan para opa-opa veteran film action, menyatukan mereka dalam satu film, dan kemudian melemparkan adegan laga non-sense ke mereka untuk beraksi seolah-olah tidak ingat usia.
Pada film pertama dan kedua, konsep itu masih terasa unique dan asyik. Masuk film ketiga, mulai berasa membosankan. Puncaknya pada film keempat, Expend4bles, yang luar biasa hambar, bahkan seorang Iko Uwais pun tak mampu menyelamatkannya.
Walau tidak hadir dengan lini selengkap ketiga film sebelumnya, film ini masih mempertahankan beberapa aktor laga ikonik mulai dari Sylvester Stallone, Dolph Lundgren, Jason Statham, hingga Randy Couture. Garis besar ceritanya pun masih sama, mereka adalah tentara bayaran veteran yang harus mengalahkan musuh berbahaya agar dunia damai sejahtera. Tentu saja apa yang terjadi selanjutnya bisa ditebak, baku tembak dan ledakan seakan-akan tiada hari esok.
Nah, aktor Indonesia Iko Uwais bergabung ke film ini bukan sebagai jagoan, tapi penjahat. Ini peran villain dia yang kesekian setelah Stuber dan The Night Comes For Us. Ia memerankan Suarto Rahmat, mantan tentara yang harus dihentikan oleh Barney Ross (Stallone) Christmas Lee (Statham) dan tim Expandables.
Seperti Expendables 3, jagoan-jagoan yang lebih muda diikutkan. Mereka terdiri atas Gina (Megan Fox), Galan (Jacob Scipio), Easy Days (50cent), dan Lash (Levy Tran). Mereka di bawah pimpinan Marsh (Andy Garcia), seorang agen CIA. Mereka semua berusaha untuk menghentikan rahmat dalam aksinya memicu Perang Dunia 3.
Seperti dikatakan di atas, film ini didominasi baku tembak dan ledakan yaris tanpa henti. Saking tiada hentinya, sering gak jelas itu tembakan dan ledakan diarahkan ke mana.
Fokus ke ledakan dan baku tembak bikin development karakter-karakter yang ada setipis kertas. Aktingnya gak kalah tipis, bahkan garing. Hanya Jason Statham yang tampil trengginas. Dia yang meng-carry film ini dalam urusan aksi maupun akting. Highlightnya tentu saat ia head to head dengan Iko Uwais yang beringas.
Soal Story ya jangan ditanya, hambar. No, penulis tidak mengharapkan film penuh twist yang jadi standar bagus atau tidaknya film menurut mayoritas penonton dari Indonesia. Penulis mengharapkan kisah yang koheren dengan ritme yang pas di mana laga yang ada memang memiliki makna dan hadir di momen yang tepat untuk mendukung cerita.
Continuitas dari film sebelumnya juga tidak banyak, jadi tidak harus menonton film sebelumnya untuk Expand4bles ini. Ikatan emosi yang dibangun juga terasa hambar, sesi personal antara karakter tidak bisa ditampilkan dengan baik. Komedi dari filmnya cukup membantu ketidakjelasan dalam filmnya.
Selain para aktor dan aktris yang tidak tergali potensinya, CGI dan sinematografi filmnya kasar sekali seperti belum selesai dipoles. Gak lebay, beberapa Video Games bahkan punya aspek visual yang lebih bagus polesan CGInya. Shoot yang bagus hanya di beberapa action sequence Iko Uwais dan Statham saja.
Mengakhiri review ini, Expend4bles memanng sebaiknya mengakhiri franchise Expendables. Opa Stallone dan kawan-kawan sudah saatnya pensiun dari film laga nonsense seperti ini. Konsep yang sederhana dengan jajaran cast ikonik ternyata tak menjamin kualitasnya bakal bagus, apalagi ketika action choreography-nya biasa-biasa aja jika tidak ingin dikatakan hambar. Judul Expend4bleg lebih pas karena masih dableg aja.